Seorang pria di China bernama Zhang Ping paru-parunya kolaps setelah berlari sejauh 4 kilometer dengan menggunakan masker. Setelah diperiksa dokter, ia disebut mengalami pneumotoraks atau udara bocor ke luar paru-paru.
Dokter menyebut keadaan ini disebabkan oleh tekanan tinggi pada organ, karena ia melakukan olahraga intens dengan menggunakan masker wajah.
Dokter paru dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Tetapi, menurut dr Adria Rusli, SpP(K), menyebut hal ini mungkin berhubungan dengan gerakan olahraga yang intens. Tapi terkait penggunaan masker, ia memberi catatan.
"Sebetulnya sih bukan dari masker. Karena dia ada gerakan yang hebat atau karena dia tekanan napasnya terlalu kuat bisa jadi seperti itu," kata dr Adria pada detikcom, Rabu (20/5/2020).
Adapun gejala yang bisa dirasakan oleh seseorang yang mengalami pneumotoraks, seperti sesak nafas mendadak dan nyeri dada yang luar biasa. Kondisi tersebut sangat berbahaya, sehingga harus segera diberi penanganan.
"Penangananya bisa dengan memasukkan selang, nanti timbunan udara yang ada di paru-paru dikeluarkan supaya bisa bernapas kembali. Tapi, jika kondisi ini sering berulang akan ditempelkan alat namanya pleurodesis," jelasnya.
Pleurodesis adalah prosedur penanganan yang menggunakan obat untuk menempelkan paru-paru ke dinding dada. Dikutip dari Mayo Clinic, prosedur ini dilakukan untuk menutup ruang antara lapisan luar paru-paru dan rongga pleura, untuk mencegah cairan atau udara terus tertimbun di sekitar paru-paru.
Meskipun bisa sembuh dari penyakit ini, peluangnya tergantung pada seberapa luasnya pneumotoraks yang terjadi di paru-paru. dr Adria mengatakan, jika masih kurang dari 15-20 persen dan tanpa gejala, bisa didiamkan saja dengan harapan bisa kembali menetralisir udara di paru-paru.
"Tapi kalau kurang dari 15 persen dan ada gejala harus dipasang selang. Atau kalau sudah lebih dari 20 persen, ada atau tidak gejalanya harus dipasang (selang)," ujar dr Adri.
Jaga Daya Tahan Tubuh, Ini 3 Tips Cegah Stres Saat Puasa
Pandemi COVID-19 membuat masyarakat harus menjalani kegiatan di rumah saja, termasuk WFH selama Ramadhan. Meski bisa mengurangi risiko paparan virus Corona, namun WFH yang tidak diperhatikan akan menyebabkan timbulnya masalah lain.
WFH yang berlebihan dengan mengesampingkan istirahat dan bekerja terlalu keras dapat membuat pikiran menjadi stres dan ketika stres tiba, daya tahan tubuh pun berkurang. Sebab, stres yang berkelanjutan membuat rentan terhadap penyakit.
Dilansir dari Psychology Today, stres dan penyakit memiliki kaitan. Sebab, sistem endokrin dan kekebalan saling berkaitan, gangguan pada satu sisi karena tekanan fisik atau emosional biasanya menyebabkan kerusakan pada sisi yang lain.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari stres selama Ramadhan agar daya tahan tubuh terjaga. Sebab, dengan daya tahan tubuh yang tidak baik maka aktivitas Ramadhan pun akan terganggu. Perlu upaya menghilangkan stres saat berpuasa seperti dilansir dari sumber yang sama berikut
1. Latihan Relaksasi
Hubungan antara pikiran dan tubuh dapat diperkuat dengan latihan relaksasi khusus seperti yoga. Dengan membiasakan diri melakukan latihan relaksasi, langkah ini bisa menyangga dan melindungi dari kerusakan sistem organ.
2. Selalu Berpikir Positif
Orang yang percaya bahwa mereka bisa melakukan hal yang lebih baik sebenarnya bisa melakukan yang lebih baik daripada yang tidak pernah berpikir positif. Penelitian juga menunjukkan bahwa rasa cemas, permusuhan, dan keadaan negatif bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
3. Tetap Berinteraksi dengan Orang Lain
Orang-orang dengan dukungan sosial yang kuat, menurut para peneliti bisa memiliki kesehatan keseluruhan yang baik dan lebih tahan terhadap segala macam infeksi dan penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar