Studi baru menunjukkan dunia saat ini masih jauh dari herd immunity. Para ilmuwan meyakini herd immunity baru akan terbentuk jika setidaknya 60 persen populasi terinfeksi virus Corona COVID-19 dengan mengembangkan kekebalan.
Bahkan Swedia yang melakukan pendekatan herd immunity dinilai gagal karena studi baru menyebut kekebalan yang dibentuk di Stockholm, Swedia, hanya 7,3 persen dari perkiraan sebelumnya yaitu 20 persen populasi.
"Dilihat bersama-sama, studi menunjukkan herd immunity tidak mungkin tercapai dalam waktu dekat," kata Michael Mina, seorang ahli epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health, dikutip dari The New York Times pada Jumat (29/5/2020).
Berikut data-data herd immunity di beberapa kota dan negara dikutip dari The New York Times.
New York
19,9 persen memiliki antibodi 2 Mei
London
17,5 persen memiliki antibodi 21 Mei
Madrid
11,3 persen memiliki antibodi 13 Mei
Wuhan (bukan populasi umum)
10 persen memiliki antibodi 20 April
Boston
9,9 persen memiliki antibodi 15 Mei
Stockholm, Swedia
7,3 persen memiliki antibodi 20 Mei
Barcelona
7,1 persen memiliki antibodi 13 Mei
Meski begitu, batas herd immunity untuk virus Corona COVID-19 ini masih belum pasti. Namun banyak ahli epidemiologi percaya bahwa herd immunity akan tercapai jika antara 60 persen dan 80 persen populasi telah terinfeksi dan mengembangkan kekebalan. Tingkat kekebalan dalam populasi dapat berpengaruh dalam penyebaran suatu penyakit dalam hal ini virus Corona COVID-19.
"Kami tidak memiliki cara yang baik untuk membangunnya dengan aman. Jujur, tidak dalam jangka pendek," kata Dr Mina.
"Kecuali kita akan membiarkan virus (COVID-19) itu merajalela lagi," lanjut Dr Mina.
Mungkin, Tidak Ada Pelaksanaan Haji dari Indonesia Tahun Ini
Arab Saudi sudah membuka lockdown dan masjid-masjid sudah bisa digunakan untuk salat. Bagaimana kemungkinan pelaksanaan haji dari Indonesia?
Arab Saudi melonggarkan lockdown karena virus Corona lewat tiga tahapan. tahap pertama dimulai Kamis (28/5/2020) hingga 30 Mei dengan mengizinkan aktivitas jual-beli, termasuk membuka mal.
Kemudian, tahap kedua pada 31 Mei hingga 20 Juni dengan mengizinkan pegawai pemerintah dan swasta masuk normal. Di tahap itu juga, masjid-masjid diizinkan menggelar salat berjamaah dan salat Jumat untuk umum.
Nah, pelonggaran lockddown tahap ketiga pada tanggal 21 Juni. Warga bisa melakukan aktivitas dengan normal namun mengikuti protokol kesehatan COVID-19, seperti memakai masker dan hidup sehat.
Tapi, itu tak berlaku untuk Mekah. Saudy Press Agency dalam sebuah pernyataan pada Selasa (26/05) menyatakan umat Islam di Mekah baru dapat salat berjamaah di masjid saat fase pencabutan lockdown ketiga.
Artinya, umrah belum bisa dilaksanakan. Apalagi, penerbangan internasional masih disetop.
Tapi, pemerintah Arab belum dapat memastikan pelaksanaan ibadah haji. Saat ini, masih diterapkan pemerintah Arab Saudi membatasi perkumpulan orang sampai maksimal 50 orang saja, jadi tidak mungkin umrah dan haji akan bisa dilakukan.
Merespons situasi terkini di Arab Saudi itu, salah satu travel agent umrah, Cheria Halal Holiday, belum bisa memberikan keputusan apapun untuk memberangkatkan umrah dan haji atau tidak. Mereka menunggu keputusan pemerintah tentang pelaksanaan haji dan umrah di tengah pandemi COVID-19.
"Kalau kita melihat di Singapura, pemerintahnya sudah membatalkan pelaksanaan ibadah haji di tahun ini. Pemerintah Indonesia disayangkan belum mengambil sikap terkait ini," ujar Cheriatna, CEO Cheria Halal Holiday, saat dihubungi detikcom, Jumat (29/5/2020).
Cheria Halal Holiday telah berhitung kemungkinan terburuk andai tak bisa mengirimkan rombongan haji ke Tanah Suci.
"Agenda paling terdekat memang pelaksanaan haji. Jamaah yang sudah antre bertahun-tahun, pasti menunggu kepastiannya. Namun melihat waktu yang sudah terlalu dekat, kecil sekali kemungkinan bisa terlaksana," dia menambahkan.
Cheriatna juga menambahkan bahwa para jamaah harus bersabar dan berharap semoga tahun depan bisa berangkat.
http://nonton08.com/sexy-soccer-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar