Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghentikan sementara uji klinis pengobatan pasien Corona dengan obat malaria seperti hydroxychloroquine dan klorokuin. Klorokuin sendiri diketahui sebagai obat yang digunakan Indonesia untuk pasien Corona.
Alasannya disebut WHO demi keamanan pasien Corona. Keputusan WHO ini berdasarkan sebuah studi yang terbit dalam jurnal The Lancet. Ditemukan pasien Corona yang mengkonsumsi obat malaria alami masalah pada jantung bahkan peningkatan risiko meninggal.
"Kelompok eksekutif menetapkan menghentikan sementara hydroxychloroquine dalam uji coba, sementara data keselamatan ditinjau oleh Dewan Pemantau Keamanan Data," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual dikutip dari AFP, Selasa (26/5/2020).
Mandeep Mehra, kepala studi uji klinis tersebut sekaligus direktur Brigham and Women's Hospital Heart and Vascular Center merekomendasikan rumah sakit untuk berhenti menggunakan obat malaria hydroxychloroquine maupun klorokuin dalam menangani pasien virus Corona COVID-19.
"Data kami menunjukkan dengan sangat yakin bahwa di seluruh dunia kombinasi obat ini dengan cara apapun tidak menunjukkan bukti yang bermanfaat," ujar Mehra.
Studi yang terbit di jurnal The Lancet ini menganalisis lebih dari 96 ribu pasien virus Corona COVID-19 pada 671 rumah sakit di enam benua. Dari sekian banyak pasien Corona, disebutkan total pasien Corona yang menggunakan hydroxychloroquine atau klorokuin tidak mencapai 15 ribu pasien.
Peneliti menemukan satu dari 11 pasien yang termasuk dalam kelompok tidak mendapat obat malaria meninggal. Sementara satu dari enam pasien yang diobati dengan hydroxychloroquine atau chloroquine meninggal. Artinya risiko lebih tinggi meninggal terjadi pada pasien Corona dengan pengobatan hydroxychloroquine atau klorokuin.
Tak hanya itu, peneliti juga menemukan pasien Corona mengalami gangguan irama detak jantung atau aritmia. Disebutkan bahwa masalah aritmia paling banyak timbul pada pasien yang diberi obat malaria hydroxychloroquine dan antibiotik sebanyak 8 persen.
Ahli penyakit menular dari University of Minnesota, David Boulware, yang juga mempelajari hydroxychloroquine sebagai pengobatan virus Corona COVID-19 mengatakan obat ini tidak memiliki manfaat, malah meningkatkan risiko kematian pada pasien Corona.
"Sebelumnya, data menunjukkan tak ada manfaat secara keseluruhan dari hydroxychloroquine, studi ini juga menunjukkan bahaya dari penggunaan obat malaria. Tentu ini meningkatkan bukti bahwa hydroxychloroquine atau klorokuin seharusnya tidak digunakan untuk merawat pasien Corona," jelas David, dikutip dari CNN.
Studi lain yang dipublikasikan Journal of the American Medical Association juga menunjukkan hal serupa. Ditemukan bahwa obat malaria hydroxychloroquine atau klorokuin tidak dapat membantu melawan virus Corona dan dapat menyebabkan masalah jantung.
5 Fakta Face Shield yang Lagi Nge-Hits di Masa New Normal
Tak cuman masker kain, face shield juga sedang naik daun terutama di masa new normal seperti saat ini. Dengan dibukanya kembali kantor dan beberapa aktivitas mulai berjalan normal, tiap orang ingin mendapatkan proteksi ganda agar tidak tertular virus Corona.
Mengenakan face shield atau pelindung wajah oleh beberapa pakar bahkan disebut memberikan perlindungan yang lebih baik. Pelindung wajah dapat melindungi mata dan bagian sekitarnya dari droplet yang mungkin mengandung partikel virus.
Jika dikenakan bersamaan dengan masker kain, pelindung wajah dapat mencegah masker menjadi basah. Selain itu, berikut fakta face shield yang lagi nge-hits di masa new normal dikutip detikcom dari berbagai sumber.
1. Mudah dibersihkan
Selain bisa digunakan berkali-kali, pelindung wajah juga bisa dibersihkan hanya dengan sabun dan air atau disinfektan umum
2. Lebih nyaman daripada masker
Face shield diklaim lebih nyaman digunakan daripada masker. Modelnya juga memungkinkan orang tidak sering menyentuh wajah.
3. Penghalang droplet
Pelindung wajah bisa berfungsi sebagai penghalang droplet yang dikeluarkan saat bernapas dan sebagai pelindung yang kuat saat seseorang batuk atau bersin di sekitar Anda.
4. Ekspresi wajah tidak tertutupi
Pelindung wajah sangat cocok bagi mereka yang ingin berkomunikasi dengan tuna wicara dan mereka sulit mendengar karena bahannya yang tembus pandang.
5. Bisa mengurangi pajanan virus hingga 90 persen
Meski belum ada penelitian langsung terkait Corona, studi sebelumnya menunjukkan perisai wajah mengurangi virus yang bisa diinhalasi sebesar 92 persen.
"Ketika penelitian ini dilakukan pada jarak 1 meter, pelindung wajah mengurangi virus yang dihirup sebesar 92 persen," tulis penelitian dari Iowa University.
http://nonton08.com/escape-from-pretoria/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar