Senin, 25 Mei 2020

Ilmuwan Australia Petakan Respons Kekebalan Tubuh Melawan Virus Corona

Hingga kini virus corona COVID-19 masih dipelajari oleh para ilmuwan di dunia. Baru-baru ini pada hari Selasa (17/3) kemarin, peneliti dari Australia mengatakan bahwa mereka menemukan bagaimana sistem kekebalan tubuh merespons virus ini.
Mengutip dari New York Post, pemetaan respons sistem kekebalan tubuh itu didapatkan dari hasil penelitian darah seorang wanita berusia sekitar 40 tahun. Diketahui wanita tersebut merupakan salah satu warga negara Australia yang dievakuasi dari Wuhan, China.

Temuan ini diklaim dapat membantu para ilmuwan dalam memahami mengapa beberapa pasien bisa pulih dari virus corona, sementara yang lain justru bertambah parah.

"Orang-orang dapat menggunakan metode kami untuk memahami respons kekebalan tubuh dalam menghadapi COVID-19," kata Katherine Kedzierska, profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Melbourne.

"Serta memahami apa yang kurang dari sistem imun itu sehingga beberapa dari mereka justru berujung semakin parah," lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Australia, Greg Hunt juga mengatakan bahwa penelitian ini dapat berguna dalam pencarian vaksin virus corona.

"Penelitian ini dapat mengidentifikasi kandidat mana yang paling mungkin berhasil dalam pembuatan vaksin," jelas Greg.

"Ini juga menjadi cara efektif untuk mengetahui bagaimana melakukan penanganan yang tepat dalam mengobati pasien virus corona," tuturnya.

Plus Minus Ibuprofen, Kenapa WHO Tak Sarankan untuk Wabah Covid-19?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar penderita gejala virus corona menghindari konsumsi ibuprofen.
Rekomendasi WHO ini merujuk pada peringatan Menteri Kesehatan Prancis, Oliver Veran Sabtu 14 Maret pekan lalu. Menurut Veran mengonsumsi obat anti-inflamasi (ibuprofen) justru dapat memperburuk efek dari virus. WHO lebih merekomendasikan paracetamol untuk pengobatan diri sendiri, ketika kita mengalami demam.

Dikutip dalam lenews (17/03), sebuah makalah penelitian yang diterbitkan dalam situs web National Institutes of Health AS menunjukkan Ibuprofen dan obat anti-inflamasi non-steroid lainnya dapat bersifat imunosupresif.

Makalah ini juga menyimpulkan dengan mengatakan obat-obatan ini memiliki kemampuan untuk melemahkan sistem kekebalan tubuh yang dapat memiliki konsekuensi serius bagi anak-anak, orang tua dan pasien yang mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuh.

Akan tetapi di Inggris, NHS (National Health Service) mengatakan, "Saat ini tidak ada bukti kuat bahwa ibuprofen dapat memperburuk virus corona (Covid-19). Tetapi sebaiknya gunakan parasetamol untuk mengobati gejala-gejala virus corona, kecuali dokter mengatakan tubuh Anda tidak cocok mengonsumsi paracetamol.

Ibuproven Vs Paracetamol
Ibuprofen dan paracetamol merupakan obat-obatan penghilang rasa sakit dan penurun demam tanpa resep yang umum digunakan, terutama untuk anak-anak. Meskipun sering dianggap sama, namun ternyata keduanya berbeda.

Paracetamol
Paracetamol adalah golongan analgesik (pereda nyeri) yang memiliki manfaat redakan rasa nyeri ringan hingga sedang akibat sakit kepala, sakit gigi, menstruasi hingga sakit punggung. Selain meredakan nyeri, paracetamol juga bisa digunakan untuk redakan demam.

Obat ini bisa digunakan oleh semua orang, termasuk ibu hamil dan menyusui. Untuk anak-anak, paracetamol bisa diberikan jika usianya sudah mencapai dua bulan atau lebih dan dosisnya bisa disesuaikan dengan berat badan atau menurut petunjuk dokter.

Ibuprofen
Ibuprofen adalah golongan obat anti-inflamasi nonsteroid yang juga sering dimanfaatkan untuk meredakan nyeri dan demam. Bedanya, ibuprofen bisa untuk atasi peradangan. Obat ini bermanfaat untuk produksi zat yang memicu peradangan di dalam tubuh.

Ibuprofen dapat diberikan untuk anak dan juga orang dewasa. Akan tetapi ibu hamil tidak disarankan untuk mengonsumsi ibuprofen, karena berisiko menimbulkan cacat dan gangguan kesehatan pada janin.
http://nonton08.com/christmas-eve/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar