Tradisi sungkeman tak bisa lepas dari perayaan lebaran. Namun ada yang patut diperhatikan, di tengah wabah virus Corona, dokter menyarankan agar menunda dulu sungkeman saat lebaran.
Ahli penyakit tropik dan infeksi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, mengatakan sayangnya ada risiko penularan Corona yang bisa didapatkan saat sungkeman di hari lebaran. Bahkan jika tinggal serumah dan menjalani karantina atau isolasi mandiri selama PSBB.
"Kalau anggota rumahnya tidak ada yang keluar, WFH semua, dengan catatan tidak ada risiko menjadi OTG, sepertinya aman ya. Tetapi coba dinilai lagi, kasihan kalau sungkem. Kan sama orang tua," kata dr Erni kepada detikcom, Kamis (21/5/2020).
Saat ini kebanyakan pasien COVID-19 adalah OTG atau Orang Tanpa Gejala dan tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi COVID-19. Tentunya, risiko yang ditimbulkan akan jauh lebih besar jika OTG menginfeksi orang tua yang termasuk dalam kelompok rentan tertular virus Corona.
"Kalau tertular dari tradisi yang tidak 'wajib' hukumnya, kasihan," pungkasnya.
Anak-anak Tidak Rentan Virus Corona? Data IDAI Ungkap Fakta Sebaliknya
Ada anggapan bahwa anak-anak relatif lebih aman dari virus Corona COVID-19. Kalaupun tertular, hanya akan menyebabkan dampak yang lebih ringan dibanding pada orang dewasa. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membantah anggapan tersebut.
Deteksi kasus secara mandiri yang dilakukan IDAI hingga 18 Mei 2020 menunjukkan temuan sebagai berikut:
Pasien dalam pengawasan (PDP) usia anak sebanyak: 3.324 kasus
Anak berstatus PDP meninggal: 129 kasus
Anak terkonfirmasi positif COVID-19: 584 kasus
Anak meninggal karena COVID-19: 14 kasus
"Temuan ini menunjukkan bahwa angka kesakitan dan kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia tinggi, dan membuktikan bahwa tidak benar kelompok usia anak tidak rentan terhadap COVID-19 atau hanya akan menderita sakit ringan saja," tulis Ketua Umum IDAI, Dr dr Aman B Pulungan, Sp.A(K) FAAP, FRCPI(Hon) dalam sebuah pernyataan resmi bertanggal 22 Mei 2020.
Terkait akan berakhirnya masa tanggap darurat COVID-19, IDAI juga menyampaikan sejumlah saran. Di antaranya terkait kegiatan belajar bagi anak sejilah dan remaja yang disarankan tetap dilakukan dalam bentuk pembelajaran jarak jauh seperti yang berlangsung saat ini.
"Hal ini disarankan untuk tetap dilanjutkan, mengingat kemungkinan bulan Juli wabah belum teratasi dengan baik," tegas IDAI.
Doyan Ngemil Saat WFH Bisa Menyehatkan, Asal Perhatikan Hal Ini
Tanpa disadari, bekerja dari rumah atau work from home selama pandemi virus Corona membuat kita ngemil lebih banyak dari biasanya. Anda bisa dengan mudah menjangkau dapur atau menengok apa saja yang tersisa di kulkas, dan mencomotnya sewaktu-waktu.
Meski begitu, kebiasaan ngemil tak selamanya buruk. Seperti dilansir dari Healthline, ngemil membuat kita tetap terjaga agar tidak merasa lapar berlebihan hingga mendorong untuk mengonsumsi makanan berkalori lebih dari apa yang dibutuhkan.
Bahkan, seringkali orang ngemil ketika tersedia makanan yang menggugah selera, meskipun sebenarnya mereka tidak lapar. Dalam sebuah penelitian, ketika orang yang obesitas ditanya mengapa mereka memilih makanan ringan yang tidak sehat, respons yang paling umum adalah godaan, diikuti oleh rasa lapar dan tingkat energi yang rendah. Karena itu, salah satu syarat untuk membuat kebiasaan ngemil agar tetap sehat adalah selalu sedia camilan sehat.
"Selama WFH, jika kita terus mengonsumsi makanan kalori dan lemak tinggi serta kurangnya aktivitas fisik tentunya akan semakin banyak lemak yang tertimbun di dalam tubuh Anda. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi sensasi ingin mengunyah dan membantu mempertahankan rasa kenyang, pastinya harus konsumsi makanan cukup gizi yang mengandung karbohidrat lepas lambat, protein, juga lemak baik," ujar Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita, kepada detikHealth, Sabtu (23/5/2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar