Bupati Banyumas, Achmad Husein, berencana memanfaatkan ciu sebagai bahan alternatif hand sanitizer. Dokter mengingatkan bahwa hand sanitizer memiliki formula baku yang harus diikuti agar efektif membunuh kuman.
"Standarnya alkohol 96 persen. Ini bener nggak 96 persen?" kata Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD, praktisi kesehatan yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jumat (20/3/2020).
Teorinya, menurut Prof Ari, kuman akan mati dalam waktu satu menit bila kontak dengan alkohol. Namun kadar alkohol yang efektif untuk tujuan tersebut harus memenuhi standar, tidak bisa asal-asalan.
Prof Ari juga mengingatkan, pembuatan hand sanitizer melibatkan bahan-bahan kimia seperti gliserol dan H2O2 (hidrogen peroksida) yang bisa saja memicu iritasi. Karenanya, ia tidak menganjurkan untuk membuat sendiri.
"Di tempat kami saja, yang membuat adalah departemen kimia dan farmasi," katanya.
4 Fakta Rapid Test Corona yang Dipakai Jokowi untuk Screening Massal
Penyebaran virus corona COVID-19 di Indonesia kian mengkhawatirkan. Berbagai macam upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani penyebaran virus ini.
Salah satu kebijakan yang diberlakukan adalah menggunakan rapid test sebagai cara skrining virus corona secara massal di masyarakat. Rapid test dinilai lebih efektif dalam menjangkau masyarakat luas dan telah dipraktekan di beberapa negara di dunia.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini adalah 4 fakta tentang rapid test.
1. Dideteksi melalui antibodi
Selama ini pemeriksaan virus corona hanya menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-CPR). Pemeriksaan jenis ini menggunakan sampel lendir dari saluran pernapasan yang diambil melalui rongga hidung atau mulut dan nantinya akan diteliti di laboratorium untuk mengetahui hasilnya.
Berbeda dengan RT-CPR, rapid test menggunakan darah sebagai sampel. Meski virus corona tidak hidup dalam darah, seseorang yang terinfeksi umumnya akan membentuk antibodi yang disebut immunoglobulin, yang bisa dideteksi di darah. Immunoglobulin inilah dideteksi dengan rapid test.
2. Hanya butuh waktu 20 menit
Hasil dari rapid tes juga bisa didapatkan dengan cepat yaitu hanya sekitar 20 menit.
"Untuk skrining di bandara misalnya, rapid diagnostik cukup menjanjikan karena hanya 20 menit," kata Ahmad Rusdan Handoyo Utomo PhD, Principal Investigator dari Stem-Cell and Cancer Research Institute.
3. Tingkat sensitivitas hanya 36 persen
Seseorang yang diperiksa menggunakan cara rapid test bisa memberikan hasil 'false negative' atau tampak negatif, meski sebenarnya positif.
Hal ini dikarenakan butuh waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk sistem imun membuat antibodi. Artinya bila seseorang yang terinfeksi virus corona dan dites sebelum antibodinya terbentuk, maka hasil yang keluar adalah negatif.
"Sensitivitas tes serologi itu sekitar 36 persen, kalau tidak salah. Jadi dari 100 kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dia bisa mendeteksi sekitar 30. Jadi itu harus hati-hati," ucap Ahmad Rusdan Handoyo Utomo dalam jurnal berjudul 'Antibody Responses to SARS-COV-2 in patients of novel coronavirus disease 2019'.
4. Jakarta Selatan menjadi yang pertama
Jakarta Selatan dipilih sebagai wilayah pertama pemberlakuan screening massal menggunakan rapid test di masyarakat.
"Mengenai rapid test, sudah dilakukan sore ini di wilayah yang dulu sudah ada kontak tracking dari pasien positif, dari itu datang dari rumah ke rumah. Ada prioritas dan ada wilayah prioritas paling parah yaitu Jakarta Selatan," kata Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers, Jumat (20/3/2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar