Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa famotidine, bahan aktif dalam obat antasid yang biasa digunakan untuk menetralisir asam lambung disebut dapat meningkatkan peluang pemulihan pasien Corona.
Dikutip dari Cleveland, studi ini mengamati 1.620 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan virus Corona COVID-19 dari 25 Februari hingga 13 April lalu. Ditemukan penurunan 58 persen dalam kebutuhan untuk intubasi di antara 84 pasien yang telah menggunakan famotidine selama 24 jam dirawat di rumah sakit.
Studi 'retrospektif' yang diterbitkan tanpa peer review ini mendasarkan temuan mereka pada tinjauan rekam medis. Oleh karena itu peneliti tidak dapat mengendalikan beberapa faktor yang berpotensi meringankan.
Pemodelan telah menunjukkan bahwa famotidine mungkin mengikat dan mengganggu protein yang dihasilkan oleh virus Corona, menghambat kemampuan virus untuk masuk ke dalam sel dan bereplikasi.
Yasir Tarabichi, seorang ahli pulmonologi MetroHealth, mengatakan bukti yang dikumpulkan sejauh ini tentang famotidine menarik dan perlu penelitian lebih lanjut. "Ini benar-benar layak untuk dipelajari," kata Yasir.
"Jarang dalam kedokteran melakukan sesuatu yang menyebabkan pengurangan kematian atau kebutuhan untuk intubasi pada tingkat di atas 50 persen. Ketika mempelajari intervensi yang 'jelas bermanfaat', 10 persen membuat para peneliti bersemangat," lanjutnya.
dr Adarsh Bhimraj, seorang spesialis penyakit menular di Klinik Cleveland, mengatakan tidak terlalu peduli soal temuan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam penelitian tersebut. Ia perlu melihat hasil uji klinis acak terkontrol sebelum mengambil kesimpulan.
"Saya terkejut dengan hasilnya," kata Bhimraj, yang adalah ketua panel pedoman COVID-19 dari Masyarakat Penyakit Menular Amerika.
"Saya berharap, tetapi pada saat yang sama saya pikir kita harus skeptis dengan cara yang berpendidikan," kata Bhimraj.
Usai Sembuh dari Corona, Boris Johnson Turunkan Berat Badan
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pernah terinfeksi virus Corona COVID-19 pada April lalu. Gejala COVID-19 yang memburuk membuatnya sempat harus dirawat beberapa hari di rumah sakit, hingga akhirnya sembuh.
Pasca sembuh dari Corona, Boris yakin bahwa berat badan yang berlebihan atau mengalami obesitas ini menjadi salah satu penyebab dirinya bisa terinfeksi. Diketahui, obesitas memang menjadi satu alasan seseorang rentan terhadap virus Corona.
"Tidak apa-apa untuk Anda yang bertubuh kurus. Intinya, jangan memiliki berat badan yang berlebih saat Anda di usia 50-an," katanya.
Mengutip dari The Sun, Boris sering terlihat saat bersepeda dan jogging di area London untuk program penurunan berat badannya. Diketahui, kegiatan ini mulai dijalani Boris setelah keluar dari rumah sakit pada 12 April 2020 lalu.
Obesitas memang sangat terkait dengan berbagai kondisi kesehatan, seperti diabetes dan penyakit jantung. Kondisi berat tubuh yang berlebih ini juga disebut jadi salah satu penyebab seseorang rentan terhadap virus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar