Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/ BRIN) memprediksi Indonesia membutuhkan waktu satu tahun untuk menemukan vaksin virus corona (SARS-CoV-2).
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini Konsorsium Covid-19 sedang mengkaji dan mengembangkan obat dan vaksin Covid-19.
"Tentunya terkait obat dan vaksin ini jangka menengah-panjang bagi Konsorsium. Vaksin itu butuh satu tahun, kecuali ada vaksin di luar yang bisa produksi di dalam negeri," kata Bambang saat konferensi persi di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (6/4).
Bambang juga mengatakan saat ini prioritas jangka pendek berfokus pada penelitian terkait tanaman herbal yang berpotensi meningkatkan imun tubuh agar terhindar dari kemungkinan tertular virus Covid-19, pengembangan Alat Pelindung Diri (APD).
Dalam jangka waktu menengah, konsorsium juga mengembangkan dan mengkaji Rapid Test Kit Covid-19, baik untuk deteksi awal maupun deteksi akhir.
Selain itu konsorsium juga mengkaji pengembangan suplemen, multivitamin, dan immune modulator dari berbagai tanaman Indonesia, pengembangan robot layanan (service robot), Smart Infusion Pump, pengembangan ventilator (alat bantu pernafasan),
"Selain vaksin kita fokus ke suplemen, untuk jaga imunitas tubuh dengan berbagai bahan yang ada di Indonesia dan obat. Salah satu yang diuji adalah pil kina. Karena pil ini sama dengan chloroquine," ujar Bambang.
Sebelumnya, Bambang menargetkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mampu menciptakan alat tes virus corona polymerase chain reaction (PCR) portabel dalam waktu kurang dari satu bulan.
Selain itu, Bambang juga menargetkan BPPT untuk memproduksi 100 ribu alat rapid test dalam waktu satu hingga dua bulan ke depan.
Alat rapid test ini mampu memberikan hasil cepat dalam waktu sekitar 15 menit. Akan tetapi tingkat sensitivitas alat rapid test hanya 75 persen.
Kemenristek: Alat Tes Corona Mobile PCR Rampung Akhir April
Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) targetkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mampu menciptakan alat tes virus corona (SARS-CoV) polymerase chain reaction (PCR) portabel dalam waktu kurang dari satu bulan.
Alat tes PCR diketahui lebih akurat dibandingkan alat rapid test serologi atau antibodi (RDT Micro-chip atau RDT IgG IgM). Alat tes ini akan menggunakan isolat RNA dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan.
"Tidak waktu lama ini bisa dipakai. Dalam waktu kira-kira kurang 1 bulan, BPPT akan kembangkan mobile test kit berbasis PCR," kata Menristek Bambang Brodjonegoro saat konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (6/4).
Inovasi alat PCR portabel disebut Bambang bisa membantu agar pengecekan corona dengan metode PCR dilakukan di berbagai daerah.
Selain itu, Bambang juga menargetkan BPPT untuk memproduksi 100 ribu alat rapid test dalam waktu satu hingga dua bulan ke depan. Alat rapid test ini mampu memberikan hasil cepat dalam waktu sekitar 15 menit. Akan tetapi tingkat sensitivitas alat rapid test hanya 75 persen.
Alat rapid test kedua digunakan untuk deteksi awal dengan cara mendeteksi antigen atau bagian virus corona yang masuk ke dalam tubuh manusia.
"Saat ini perkembangan dalam waktu satu sampai dua bulan bisa diproduksi 100 ribu alat. Alat ini tidak seakurat PCR tapi bisa bantu screening awal dan berikan penanganan," kata Bambang.
Di sisi lain, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) juga turut berkontribusi melalui layanan salah satu satelit buatannya, yaitu LAPAN-A2/LAPAN-ORARI.
Satelit ini telah mengirimkan pesan anjuran physical distancing atau upaya menjaga jarak fisik kepada masyarakat melalui frekuensi radio 145.825 MHz. Pesan lain terkait penanggulangan COVID-19 juga dapat dikirimkan melalui satelit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar