Kasus rabies belakangan ini menjadi masalah kesehatan di NTB. Rabies jika tidak ditangani bisa menjadi ancaman pariwisata.
Penanganan rabies yang belum optimal dikhawatirkan akan berdampak pada pariwisata di daerah. Anggota Komisi IV DPRD NTB yang juga Ketua Fraksi PDIP, Ruslan Turmuzi melihat tingginya korban digigit anjing di Dompu dan Sumbawa bisa merembet ke daerah lain.
"Rabies itu termasuk ancaman pariwisata," kata Ruslan, Selasa (26/2/2019).
Dikhawatirkan jika hal itu tidak tertangani dengan baik, virus rabies akan terjangkit ke beberapa daerah yang menjadi destinasi pariwisata di NTB, terutama Lombok. Dia melihat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan.
Dampak pariwisata bukan hanya pada persoalan rendahnya okupansi hotel, adanya bencana dan harga tiket yang relatif masih mahal. Kekhawatiran wisatawan terhadap suatu penyakit juga perlu diperhatikan.
"Karena orang berwisata itu mau senang-senang kok," ungkapnya.
Koordinasi pemerintah dan penanganan yang terintegrasi lintas kabupaten dapat menjadi solusi yang tepat untuk membasmi rabies di NTB.
Liburan ke Bromo Gaya Transit Dikeluhkan Pengusaha Hotel
Paket liburan ke Gunung Bromo biasanya menawarkan transit di hotel sebentar, sebelum mengejar sunrise. Model begini akhirnya dikeluhkan hotel karena merugi.
Pengusaha hotel yang ada di kawasan obyek wisata Gunung Bromo, Sukapura, Kabupaten Probolinggo mulai resah atas maraknya pelaku jasa wisata yang menyediakan layanan perjalanan wisata satu malam atau Travel Transit. Perjalanan wisata satu malam itu, dianggap berdampak pada penurunan okupansi hotel atau tingkat hunian pengunjung hotel.
Ketua Perhimpuan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo, Digdoyo Djamaluddin mengatakan gaya transit, memberikan peluang bagi wisatawan untuk berwisata tanpa harus menginap di hotel.
Ia pun mengaku prihatin, atas maraknya travel yang menjual tur satu malam tanpa menginap tersebut. Dari informasi yang dihimpunnya, travel transit atau umum disebut juga Bromo Night Tour biayanya lebih murah, dari pada layanan jasa wisata yang plus menginap di hotel.
Biaya yang dikeluarkan tiap orang, hanya sekitar Rp 190 ribu. Nominal tersebut, sudah termasuk biaya makan, tiket masuk wisata, dan jeep.
Pria yang akrab disapa Yoyok itu menyebut, jika rata-rata penyedia layanan perjalanan wisata satu malam berasal dari luar daerah. Seperti diantaranya, travel asal Yogyakarta, Malang dan Banyuwangi.
"Kalau lebih murah memang iya, Mas. Karena tidak ada biaya menginap di hotel. Tapi kalau dibiarkan, dampaknya ya ke hunian hotel. Bisa-bisa sepi pengunjung," ungkapnya, Selasa (26/02/19).
Adanya travel transit, sangat terasa bagi para pengusaha hotel yang ada di sekitar Gunung Bromo. Utamanya saat low season seperti saat ini, dimana tingkat hunian menurun sampai 60 persen.
"Seperti low season sekarang ini, sangat terasa Mas. Biasanya tingkat hunian hotel turun 50 persen jadi 60 persen. Harapannya ada solusi terbaik dari instansi pemerintah terkait, atas maraknya travel transit," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar