Sabtu, 29 Februari 2020

Tradisi Unik di Polewali Mandar Menyambut Musim Panen

 Indonesia adalah negeri agraris yang kaya tradisi. Musim panen disambut gembira dengan tradisi unik, misalnya Mappadendang di Polewali Mandar. Penasaran?

Beragam cara dilakukan warga menyambut datangnya musim panen padi, seperti yang dilakukan warga Dusun II, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, yang menggelar tradisi Mappadendang, Senin (11/02/19).

Tradisi Mappadendang merupakan salah satu tradisi unik yang dilakukan oleh suku Bugis saat menyambut maupun usai panen padi. Tradisi Mappadendang ini digelar sebagai wujud rasa syukur kepada sang Pencipta atas limpahan rezeki dan hasil panen padi yang diperoleh.

Kegiatan ini ditandai dengan aktivitas sejumlah tetua yang terdiri dari pria dan wanita, berpakaian adat, secara bergantian melakukan gerakan menumbuk lesung kayu sepanjang dua meter, menggunakan alat penumbuk terbuat dari kayu berbentuk bulat memanjang yang disebut Alu. Mereka menghasilkan lantunan suara indah, yang terdengar serasi antara tumbukan yang satu dengan lainnya.

Tradisi ini juga dilakukan sebagai bentuk suka cita, untuk mempertahankan warisan budaya warisan leluhur, yang makin ditinggalkan generasi muda sekarang ini. Salah seorang tokoh adat La Rammang mengatakan, tradisi ini telah dilakukan sejak dahulu kala secara turun temurun, yang biasanya digelar setahun sekali selama dua hari dua malam

"Ini merupakan tradisi lama yang kami gelar setiap tahun, siang malam kami Mappadendang," katanya.

Sebelum tradisi ini dimulai, warga yang dipimpin tokoh adat, terlebih dahulu memanjatkan doa. Mereka memohon agar Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi dan memberikan keselamatan kepada semua warga di daerah ini.

Tidak ketinggalan, aneka jenis makanan juga disiapkan , diantaranya sokkol (beras ketan), pisang, ayam dan menu pelengkap lainnya, untuk dihidangkan kepada warga. Irwan tokoh pemuda setempat, mengaku kagum terhadap warga yang masih mempertahankan tradisi dan warisan leluhur mereka. Sebab sudah jarang daerah yang melakukan tradisi seeprti ini, di tengah Zaman yang sudah modern

"Ini menarik sekali, sebab sudah jarang dilakukan oleh warga, semoga bisa terus dilestarikan agar menjadi pelajaran bagi generasi penerus yang akan datang," harapnya.

Baru dari Ciamis, Ada Situs Bebatuan Puzzle

Kabupaten Ciamis punya destinasi unik. Ada situs berupa bebatuan yang berbetuk puzzle.

Bebatuan itu ada di sebuah komplek hamparan batu atau dikenal Batu Ngampar. Lokasinya ada di Pasir Goong Cibadak, Banjarsari, Ciamis.

Batu Ngampar itu ditemukan sekitar tahun 2016 lalu terkubur dibawah tanah, dengan kedalaman 50-100 centimeter. Warga menemukannya saat menggali batu tersebut untuk digunakan pondasi rumah.

Kepala Desa Cibadak Olis Nurholis menuturkan pihaknya baru menyadari batu yang selama ini sering digali warga ternyata memiliki pola khusus yang cantik. Ukuran batu hampir seragam persegi empat, panjang dan pipih menyerupai sebuah puzzle dengan ketebalan hampir sama antara 15-20 centimeter.

Menurut cerita, Pasir Goong ini masuk daerah peninggalan Kerajaan Kawasen. Pasir berarti sebuah bukit kecil, sedangkan goong adalah salah satu alat musik gamelan.

Dulu tempat ini digunakan untuk menyimpan peralatan gamelan juga tempat pertunjukan hiburan kerajaan. Tak heran, Batu Ngampar tersebut sepintas mirip lantai pertunjukan yang berada di lereng bukit.

Konon, di tempat ini sewaktu-waktu terdengar bunyi gamelan. Jika itu yang bisa didengar warga maka jadi pertanda akan terjadi peristiwa besar.

"Orang tua dulu menamakan suatu tempat pasti ada makna dan sejarahnya, seperti pasir goong ini. Memang belum bisa dipastikan Batu Ngampar ini dulunya bekas apa. Yang jelas menurut cerita dulu tempat ini untuk menyimpan peralatan gamelan dan tempat pertunjukan hiburan kerajaan," ujar Olis saat ditemui di lokasi Senin (11/2/2019).

"Bukan hanya suara musik gamelan saja yang terdengar, kalau orang yang bisa terdengar juga suara sinden. Warga juga sering melihat penampakan karembong atau selendang," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar