Selasa, 18 Februari 2020

Jelang Nyepi, Yuk Lihat Proses Pembuatan Ogoh-ogoh di Lombok

Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi biasanya umat Hindu di Lombok disibukkan dengan beragam persiapan, termasuk membuat ogoh-ogoh untuk karnaval. Yuk, lihat!

Dengan gunting di tangannya, Made Sugiartha sibuk memotong karton warna merah. Potongan karton itu dibentuk menyerupai nyala api.

"Umat Hindu menyebut ini sebagai jelmaan Vira Bhadra," kata Sugiartha saat detikTravel menyambanginya di Banjar Karya, Cilinaya Mataram, Selasa (5/3/2019).

Sugiartha menceritakan tentang siapa tokoh yang bernama Vira Bhadra itu. Ia tercipta dari helai rambut Dewa Siwa.

Vira Bhadra adalah sosok jelmaan atas kemarahan Siwa terhadap Prajapati Daksha, seorang raja yang sombong dan angkuh. Diceritakannya bahwa Siwa mempersunting putri dari Prajapati Daksha yang bernama Bhaddakali.

"Aku dikenal sebagai Vira Bhadra dan aku lahir dari amarah Sang Rudra (Siwa) wanita ini (yang adalah temanku) dikenal sebagai Bhaddakali dan ia lahir dari murka para dewi," ujarnya menirukan ungkapan dari sosok Vira Bhadra.

"Sebenarnya tangannya ada sekitar dua ratusan semua senjata dipegang. Arti nama Vira Bhadara itu amarah dan sahabat para pahlawan. Setiap langkahnya mengeluarkan api," imbuh Sugiartha.

Dia juga menuturkan kepercayaan Hindu biasanya akan mencari hari baik sesuai dengan penggakan Bali jika hendak membuat suatu bagan rangka ogoh-ogoh. Begitu juga di saat akan membuat bagian kepala ogoh-ogoh.

Di saat organ tubuh ogoh-ogoh sudah sempurna, kemudian dilakukan suatu ritual yang disebut Melaspas atau pengisian roh (kala) agar ogoh-ogoh yang dibuat memiliki kekuatan dan berisi (metaksu).

Setelah itu barulah diketahui nama dari ogoh-ogoh tersebut sesuai dengan kala yang diberikan oleh pemangku. Ritual melaspas dipimpin oleh pemangku atau pemuka agama yang ada di setiap pura banjar.

Setelah karnaval ogoh-ogoh digelar, sang pemangku akan memercikkan air suci sebagai simbol mengeluarkan kala dari tubuh ogoh-ogoh.

Orang Jepang Muak dengan Turis Nakal

Ada kabar mengejutkan dari Jepang. Penduduknya mulai merasa muak dengan tingkah turis yang nakal dan ingin melarang turis datang!

Dirangkum detikTravel dari berbagai media internasional, Rabu (6/3/2019) masyarakat Jepang ramai-ramai merasa sebal dan tidak tahan dengan ulah turis yang nakal. Beberapa objek wisata dan kuil-kuil di Jepang, bahkan sudah menolak kedatangan turis.

Seorang pemilik cafe di Kyoto menyebut, turis yang datang ke kafenya sering kali mematikan rokok di gelas atau piring. Bahkan, tidak mengindahkan aturan dilarang membawa makanan dari luar.

Kuil Yatsushirogu di Yatsushiro, Prefektur Kumamoto pun sudah menutup sementara kuilnya dari kunjungan turis. Dinilai, turis yang datang ke sana sudah terlalu banyak dan menganggu aktivitas ibadah.

Jepang memang menjadi destinasi wisata favorit turis dunia. Tahun 2018 kemarin saja, tercatat 30 juta turis datang ke Negeri Sakura. Angka itu dinilai bakal bertambah lebih banyak, mengingat Jepang akan menjadi tuan rumah Olimpiade di 2020.

Banyak masyarakat Jepang menilai, turis-turis nakal yang datang tidak menghormati aturan yang berlaku. Sebut saja seperti menyerobot antrian, memanjat bangunan hingga menganggu kenyamanan seperti menyetel volume musik keras-keras.

"Saya ingin Kyoto berhenti mempromosikan diri untuk turis asing," kata salah seorang penduduk Kyoto.

Meski begitu, pengamat pariwisata di Jepang meminta masyarakat menahan diri. Tentu saja, kunjungan turis merupakan salah satu devisa terbesar bagi negaranya.

"Yang penting adalah meningkatkan saling pengertian budaya, sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat untuk menyambut turis," kata Profesor Noriko Matsunaga dari Universitas Kyushu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar