Kelakuan buruk turis merambah sampai ke Spanyol. Pantai dilindungi di sana dirusak dengan cat, batu-batunya juga dipahat. Turis pun diancam penjara dan denda.
Pantai dan gurun pasir dilindungi di Spanyol jadi sasaran tindak vandalisme turis-turis tidak bertanggung jawab. Kepolisian setempat menemukan beberapa bukti dari tindak vandalisme ini.
Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Senin (11/2/2019), bukti tersebut di antaranya ada grafiti yang dituliskan di batu, bekas cat, ukiran nama orang, hingga pahatan wajah di dinding tebing. Ada juga turis yang menyusun batu-batu jadi simbol salib dan lambang cinta raksasa jika dilihat dari atas ketinggian.
Padahal, kawasan pantai dan gurun pasir seluas 400 hektar ini termasuk dilindungi di Spanyol. Kawasan Cagar Alam ini dianggap sebagai ekosistem paling ikonik di Kepulauan Canary, Spanyol.
Tindakan vandalisme turis di pantai dilindungi itu termasuk ilegal dan terancam hukuman pidana penjara serta denda dengan jumlah yang cukup besar. Dendanya mencapai 600 Euro (sekitar Rp 9,5 juta).
Denda itu belum termasuk biaya untuk mengganti kerusakan yang sudah ditimbulkan oleh mereka. Para turis harus mengeluarkan biaya sendiri untuk membersihkan bekas cat yang ada di batuan itu. Padahal batuan vulkanik yang berpori di pantai ini susah untuk dibersihkan.
Sampai saat ini pelaku tindak vandalisme di pantai ini belum ditemukan. Selain para turis, para ahli lingkungan juga menyalahkan para pemandu wisata yang bersikap tidak peduli bahkan cenderung membiarkan kelakuan buruk para turis.
Gurun Pasir Maspalomas di Kepulauan Canary ini memang jadi salah satu destinasi tujuan turis. Di akhir pekan, turis yang berkunjung ke sini bisa menembus angka 2.000 orang.
Pangandaran Mencari Ikon Geopark
Kabupaten Pangandaran memiliki syarat-syarat untuk menjadi situs taman bumi atau geopark nasional. Ini kata para ahli.
Sejumlah keunikan fenomena gelogi menjadi kandidat ikon geopark Kabupaten Pangandaran yang saat ini sedang dirintis oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Pangandaran dan Universitas Padjajaran.
Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Pangandaran, Dudung Cahyadi menyampaikan, hasil penelitian sejumlah lembaga, termasuk Universitas Padjajaran, ada beberapa situs yang memiliki nilai unik dari sisi ilmu kebumian.
Tempat-tempat tersebut, kata Dudung, adalah kawasan karst, seperti Green Canyon dan Sungai Ciwayang, situs tombolo atau tanggul pasir yang menghubungkan Pulau Jawa dengan hutan Pananjung, situs gosong, yakni bukit pasir di derah Karang Tirta, serta laguna Sagaraanakan di perbatasan Pangandaran-Cilacap.
"Kami berharap, ikon atau pusat geopark ini bisa menjadi bangkitan ekonomi baru," ujar Dudung kepada detikTravel, Senin (11/2/2019).
Guru Besar Ilmu Geologi Universitas Padjajaran Prof Mega Fatimah Rosana, sekaligus peneliti geopark Pangandaran membenarkan, ada sejumlah pontensi geopark di Kabupaten Pangandaran yang layak menjadi ikon.
"Kita cari pembeda dengan geopark-geopark lain, yang khas dan hanya ada di Pangandaran," ujar Mega melalui sambungan telepon.
Menurut Mega, Pangandaran memang memiliki sejumlah situs geopark yang sudah dikenal, seperti objek wisata Green Canyon. Namun, menurut dia untuk dijadikan ikon situs tersebut kurang memiliki kekhasan. Mengingat telah banyak geopark dengan konsep sejenis, termasuk Ciletuh di Sukabumi.
Mega sendiri mengaku menaruh minat terhadap Laguna Sagara Anakan. Pembentukan laguna besar tersebut, kata Mega, merupakan fenomena geologi yang unik.
"Terlebih dari sisi konservasi. Kita bisa bergerak ke arah penyelamatan sedimentasi, sekarangkan kan terus terjadi pendangkalan," ujar Mega.
Mega melaporkan, tahun ini hingga tahun depan timnya tengah meneliti tiga kandidat situs geopark nasional, yakni di Pangandaran, situs Citatah di Bandung Barat, dan situs Galunggung di Tasikmalaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar