Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un akan kembali bertemu Presiden AS, Donald Trump di Vietnam. Perjalanan Kim Jong-Un tak main-main, naik kereta sejauh 4.000 km.
Dirangkum detikTravel dari media-media internasional seperti Reuters, AFP dan The Guardian, Selasa (26/2/2019) Kim Jong-Un dan Donald Trump direncanakan akan bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Hanoi, Vietnam selama dua hari, yakni pada Rabu (27/2) besok dan Kamis (28/2) lusa. Ini merupakan pertemuan kali kedua mereka setelah sebelumnya di Singapura.
Donald Trump dijadwalkan mendarat di Hanoi sore ini, dengan penerbangan dari AS. Sedangkan Kim Jong-Un baru tiba pagi hari tadi, setelah menempuh perjalanan 3 hari naik kereta.
Perjalanan kereta Kim Jong-Un tidaklah main-main. Pemimpin Korea Utara itu menempuh jarak 4.000 km!
Perjalanan kereta lapis baja Kim Jong-Un dimulai dari Kota Pyongyang di Korea Utara menuju Beijing (China). Setelah itu, keretanya menempuh kote-kota besar seperti Zhengzhou, Wuhan, Nanning, dan Pingxiang.
Hingga akhirnya, kereta Kim Jong-Un tiba di Dong Dang. Suatu kota di bagian utara Vietnam yang berbatasan dengan China. Dari situ, Kim Jong-Un melanjutkan perjalanannya naik mobil sejauh 170 km ke Hanoi, ibukota negara Vietnam.
Menariknya, perjalanan kereta Kim Jong-Un tersebut sejatinya bisa dicoba traveler. Bahkan banyak website media internasional menyebutnya sebagai bucket list di Asia.
Perjalanan kereta dari Beijing-Pyongyang memang sungguh adanya. Dilihat dari Travel China Guide, rute Beijing-Pyongyang berjarak 1.364 km, yang menghabiskan waktu 25 jam perjalanan.
Tiap pekan, keretanya berangkat dari Beijing di hari Senin dan Kamis. Sedangkan perjalanan balik dari Pyongyang, setiap hari Rabu dan Sabtu. Dari Beijing, keretanya memang bisa lanjut ke berbagai destinasi sampai di Vietnam.
Namun bagi traveler yang berminat naik kereta ke Pyongyang, ada satu hal yang mesti diingat. Penumpang diwajibkan memiliki visa kunjungan ke Korea Utara!
Serangkaian pemeriksaan ketat oleh petugas kereta Korea Utara juga dilakukan di titik-titik perbatasan seperti di Kota Dandong (China) dan Kota Sinuji (Korea Utara). Selain memeriksa visa, rupanya ada beberapa barang-barang yang tidak boleh masuk ke Korea Utara.
Barang-barang tersebut seperti laptop, radio dan kamera SLR dengan lensa 150 mm. Ponsel juga kena, hanya ponsel yang tanpa GPS.
Harga tiketnya dibanderol mulai dari 806 Yuan atau setara Rp 1,6 juta. Panorama sepanjang perjalanan pun indah, apalagi ketika masuk ke Korea Utara yang menampilkan kehidupan masyarakatnya yang terisolasi dunia luar.
Beberapa operator tur di China dan Eropa sudah banyak yang menawarkan paket wisata naik kereta ke Korea Utara tersebut. Berminat?
Harga Tiket Pesawat Masih Mahal di Sebagian Penerbangan
Penurunan harga tiket pesawat ternyata tidak merata. Sebagian rute masih memasang harga mahal yang dikeluhkan traveler.
Masalah harga tiket pesawat mahal ini belum tuntas sepenuhnya. detikTravel pun mewawancarai sejumlah traveler yang menjadi anggota komunitas d'Traveler di detikcom. Yang pertama adalah Martha Simandjuntak, traveler asal Jakarta. Menurut dia harga tiket pesawat berangsur normal.
"Kemarin sempat mantau Jakarta ke Yogya, ke Belitung, nggak (mahal) sih," kata Martha saat dihubungi detikTravel, Selasa (26/2/2019).
Menurut dia harga tiket pesawat yang full service ke Yogyakarta normalnya Rp 1 juta. Sedangkan yang medium service normalnya Rp 600 ribu. Ditambah lagi diskon dari online travel agent, harganya jadi murah.
"Iya jadi murah, tapi aslinya ya normal. Kalau dibilang mahal ya nggak. Memang segitu dari dulu harga normal ke Yogyakarta atau ke Belitung," kata dia.
Hal ini kontras dengan yang dirasakan M Catur Nugraha, pelaku usaha perjalanan wisata domestik Jelajah Sumbar. Catur mengeluhkan harga tiket pesawat yang masih mahal ke Padang.
"Nggak turun-turun, ini buat yang ke Padang ya. Tahun lalu kalau low season kayak begini, Jakarta-Padang mulai dari Rp 540 ribuan lah, Batik Rp 600-an, Garuda Rp 800-an. Sekarang Batik Rp 1,5 juta, Garuda Rp 2 juta," keluh dia.
Untuk para pelaku usaha tur, kondisi ini sangat merugikan. Di Lombok pun menurut Catur demikian. Habis terkena gempa, sekarang masalah tiket pesawat mahal. Tamu pun menjadi sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar