Semua pihak masih mengusut penyebab jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines jenis Boeing 737 MAX 8 di Addis Ababa. Data grafis yang beredar menunjukkan anomali.
Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 jatuh di dekat Addis Ababa, Ethiopia dan menewaskan 157 orang, Minggu (10/3). Salah satu korban adalah WNI bernama harina Hafitz yang bekerja sebagai staf PBB di Roma.
Investigasi masih dilakukan, namun beredar data-data infografis terbaru dari situs pelacak penerbangan asal Swedia, flightradar24. Dilihat dari situs resmi dan media sosial mereka ada beberapa infografis detik-detik akhir penerbangan Ethiopian Airlines yang dinilai ada anomali.
"Data dari jaringan Flightradar24 ADS-B menunjukan kecepatan vertikal tidak stabil setelah lepas landas," kata Flightradar24.
Ada beberapa grafis yang dirilis Flightradar24. Salah satunya menunjukkan vertical speed (garis hijau) yang naik turun dengan liar. Seperti inilah datanya:
Sejumlah media seperti The Sun Inggris dan news.com Australia menulis, pakar penerbangan mengatakan hal itu sangat tidak biasa. Vertical speed semestinya naik atau tetap sama, seiring pesawat sedang lepas landas.
Masih belum jelas penyebab kecelakaan. Pesawat Ethiopian Airlines itu naik ke ketinggian 2.600 meter, namun setelah terbang 6 menit, pesawat hilang kontak dan jatuh.
Mengunjungi Kota Kerajaan Terakhir Myanmar
Mandalay menjadi sorotan tersendiri karena terkenal juga sebagai kota Kerajaan Burma yang terakhir. Berlokasi di tepi Sungai Ayeyarwady menjadikannya sebagai oasis di tengah daerah Myanmar utara yang kering.
Sebagian besar masyarakatnya menganut agama Buddha dari zaman kerajaan dulu. Maka di Mandalay akan lebih sering kita jumpai pagoda dan juga kuil.
Kami berangkat dari Bagan dijemput menggunakan mobil yang sudah kami pesan dari hotel tempat kami bermalam, kemudian mobil mengantar kami ke pool travel di daerah Nyang U untuk kemudian berangkat menuju Kota Mandalay pada pukul 3 sore. Perjalanan dari Bagan ke Mandalay ditempuh kurang lebih sekitar 5 jam.
Kami naik kendaraan sejenis mini bus yang cukup nyaman dan lumayan murah sekitar 90 ribu rupiah yang sudah kami pesan dari hotel juga. Sepanjang perjalanan yang kami lihat di kiri dan kanan adalah sabana yang luas dan juga Sungai Ayeyarwady di kejauhan.
Di tengah-tengah perjalanan kami melewati jembatan Sungai Ayeyarwady dan terdapat jembatan yang tergabung dengan rel kereta. Sudah pasti menunggu lama karena harus bergantian untuk menyeberang antara kereta dan mobil. Kemudian hari mulai sore kami harus berhenti untuk istirahat sebentar di tapi bukan di rest area, hanya tersedia semacam warung makan yang menjual makanan khas Myanmar seperti ayam dan daging bakar, camilan seperti keripik dan juga minuman kemasan.
Di warung itu juga menjual bedak tanaka dan juga tidak ketinggalan kapur sirih sebagai kebiasaan masyarakat Myanmar pengganti rokok. Beristirahat sebentar dan juga ke kamar kecil kemudian perjalanan berlanjut lagi. Sesaat sebelum memasuki kota, kami memasuki jalan yang cukup bagus dan lebar, rupanya ini adalah jalan tol. Masuk ke Kota Mandalay di sebelah kanan jalan adalah bandara yang artinya sebenarnya bisa naik pesawat domestik ke sini akan tetapi kami lebih menikmati untuk perjalanan di darat karena juga harganya lebih murah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar