Minggu, 16 Februari 2020

Demi Keselamatan, Masinis KRL di Jepang Rela Nunjuk-nunjuk

Kejadian KRL terguling di Bogor mengingatkan kita pentingnya memastikan keselamatan perjalanan kereta komuter. Di Jepang saja, masinisnya punya 'ritual' khusus.

Tahukah kamu, bahwa masinis kereta di Jepang punya tradisi yang mungkin unik di mata para traveler. Mereka suka menunjuk-nunjuk ke segala arah dengan cepat. Kenapa?

Sistem kereta api di Jepang sudah terkenal di dunia karena reputasinya yang terbaik. Jaringannya yang tersebar di segala penjuru daerah dan kinerja kereta yang selalu tepat waktu dan baik, menjadi kiblat bagi negara-negara dunia, termasuk di Indonesia. KRL yang dipakai di Indonesia sama dengan yang dipakai di Jepang.

Jika traveler jalan-jalan ke Jepang dan berkesempatan wisata naik kereta di Jepang pasti menemukan pemandangan tidak biasa. Masinis dan staf stasiun seringkali memainkan gerakan fisik dan panggilan suara saat mereka bertugas. Terlihat konyol dan lucu bagi turis, namun bagi mereka itu sebuah 'tradisi'.

Dirangkum detikTravel dari beragam sumber, Senin (11/3/2019) ternyata kebiasaan yang menarik perhatian turis di kereta ini, saat masinis dan para pekerja di kereta menunjuk-nunjuk ada tujuannya. Ini adalah metode keselamatan industri terbaru di Jepang yang bertujuan mengurangi kesalahan di tempat kerja.

Sistem ini dalam Bahasa Jepang disebut 'Shisa Kanko', menunjuk dan memanggil saat bekerja dilakukan demi keselamatan dan mencegah kesalahan dalam bekerja. Juga sistem ini dibenarkan oleh National Institute of Occupational Safety and Health Jepang, daripada hanya mengandalkan mata atau kebiasaan kerja, dengan adanya panggilan dan gerakan fisik ini memastikan langkah dan segala kegiatan berjalan semakin akurat.

Jadi saat bekerja, masinis tidak hanya memperhatikan layar saja dalam menjalankan kereta. Dia akan mengkonfirmasi melalui suara dan tangan sembari mengucapkan, "Speed check 80," dan menunjuk ke layar monitor.

Sedangkan staf stasiun memastikan kereta berjalan sesuai dengan peronnya. Para petugas kereta memastikan tidak ada puing-puing di rel atau adanya penumpang yang jatuh.

Juga petugas dalam kereta memastikan tidak adanya tas penumpang ataupun penumpang yang menghalangi pintu kereta. Mereka bahkan sampai melongok ke luar jendela untuk memastikan. Setelah itu, mereka mengonfirmasi dengan melambaikan tangan di sepanjang platform.

Sederhana bukan? Namun ini sangat efektif dan mengurangi kesalahan hingga 85 persen lho. Mungkin bagi orang di luar Jepang ini terlihat sangat konyol dan lucu, namun bagi negara Jepang ini bentuk integritas berapa pentingnya keselamatan dan ketepatan kerja.

Di beberapa stasiun salah satunya Stasiun Kyoto ada papan penunjuk arah yang menampilkan karakter dalam posisi 'point-call' menunjuk dan memanggil yang lucu. Kira-kira di Indonesia, sistem ini bisa diterapkan nggak ya?

Grafis Detik-detik Akhir Ethiopian Airlines yang Mengkhawatirkan

Semua pihak masih mengusut penyebab jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines jenis Boeing 737 MAX 8 di Addis Ababa. Data grafis yang beredar menunjukkan anomali.

Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 jatuh di dekat Addis Ababa, Ethiopia dan menewaskan 157 orang, Minggu (10/3). Salah satu korban adalah WNI bernama harina Hafitz yang bekerja sebagai staf PBB di Roma.

Investigasi masih dilakukan, namun beredar data-data infografis terbaru dari situs pelacak penerbangan asal Swedia, flightradar24. Dilihat dari situs resmi dan media sosial mereka ada beberapa infografis detik-detik akhir penerbangan Ethiopian Airlines yang dinilai ada anomali.

"Data dari jaringan Flightradar24 ADS-B menunjukan kecepatan vertikal tidak stabil setelah lepas landas," kata Flightradar24.

Ada beberapa grafis yang dirilis Flightradar24. Salah satunya menunjukkan vertical speed (garis hijau) yang naik turun dengan liar. Seperti inilah datanya:

Sejumlah media seperti The Sun Inggris dan news.com Australia menulis, pakar penerbangan mengatakan hal itu sangat tidak biasa. Vertical speed semestinya naik atau tetap sama, seiring pesawat sedang lepas landas.

Masih belum jelas penyebab kecelakaan. Pesawat Ethiopian Airlines itu naik ke ketinggian 2.600 meter, namun setelah terbang 6 menit, pesawat hilang kontak dan jatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar