Minggu, 16 Februari 2020

Guest House di Tengah Kota Yogya Ini Murah dan Nyaman Banget

 Punya rencana pergi dengan dana tipis ke Yogyakarta? Nah, ada satu guest house bernama Ostic House yang ramah banget buat solo traveler dan female traveler.
Meskipun pilihan kamarnya cuma dorm alias harus sharing dengan traveler lain tapi nggak mengurangi kenyamanannya kok. Harga kamarnya mulai dari 75 ribu rupiah saja per malam buat 1 orang. Ada 2 pilihan kasur, mulai yang single atas bawah atau yang king size.

Jangan kaget kalo mayoritas tamunya adalah bule karena penjaga guest house di sini ramah banget dan jago Bahasa Inggris lho. Bahkan mereka juga menyediakan program buat nemenin para tamu nya jalan-jalan di dalam kota.

Selain dari segi harga yang terbilang murah, guest house ini punya gaya penataan interior yang instagrammable banget buat setiap sudutnya. Bahkan kita juga boleh barter buku bacaan di guest house ini. Nggak cuma itu, kebersihan juga jadi jaminan yang ditawarkan bahkan sampai di setiap kamar mandinya.

Buat traveler yang baru pertama datang ke Yogya, guest house ini mudah banget buat dijangkau dari Stasiun Tugu ataupun Stasiun Lempuyangan. Tinggal pakai Google Maps, sekitar 10 menit dari stasiun dan Malioboro kamu bakal langsung menemukan Ostic House.

MCAS, Teknologi Baru yang Diduga Jadi Sumber Masalah Boeing 737 Max 8

Jatuhnya maskapai Ethiopian Airlines yang menewaskan 1 WNI diliputi tanda tanya. Kabarnya, teknologi baru bernama MCAS diduga jadi penyebabnya.

Pada hari Minggu kemarin (10/3), Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 jatuh di dekat Addis Ababa, Ethiopia dan menewaskan 157 orang. Diketahui, salah satu korban adalah WNI bernama Harina Hafitz yang bekerja sebagai staf PBB di Roma.

Diketahui, pesawat yang jatuh merupakan produk Boeing 737 MAX 8. Sebelumnya, jenis pesawat tersebut juga diketahui bermasalah lewat tragedi Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang beberapa waktu lalu.

Ada kemiripan dari kedua tragedi tersebut, di mana pesawatnya sama-sama jatuh tak lama setelah take-off. Menurut situs flightradar24, grafik pesawat Ethiopian Airlines terlihat tak stabil dan kehilangan kecepatan secara dramatis pada detik-detik terakhirnya.

Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Senin (11/3/2019), para ahli dan pakar dunia penerbangan menduga kalau teknologi baru model MAX 8 bernama Manoeuvring Characteristics Augmentation System atau disingkat MCAS sebagai penyebabnya seperti diberitakan media News Australia.

Secara teknis, teknologi MCAS berfungsi untuk mengukur ketinggian bagian moncong pesawat saat mengudara. Apabila bagian moncong pesawat dianggap terlalu tinggi, sistem tersebut akan otomatis menurunkan hidup pesawat.

Sebenarnya, teknologi itu juga hanya akan menyala dalam mode auto-pilot. Masalah akan timbul, apabila teknologi itu menyala pada mode manual.

Namun, para pakar curiga kalau teknologi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan malah menurunkan bagian moncong pesawat tanpa sebab. Akibatnya, kecepatan pesawat berkurang dan berakibat pada menukiknya pesawat ke daratan dari ketinggian terakhir.

"Ini pertama kalinya Boeing menaruh MCAS yang berfungsi ketika pesawat mencapai ketinggian tertentu terlalu cepat, di mana dapat dapat menghambat pesawat," ujar pakar dunia penerbangan asal Australia, Neil Hansford.

Sejumlah serikat pekerja pilot pun berujar, kalau perubahan pada sistem kontrol penerbangan di pesawat Boeing model MAX 8 tersebut tidak dijelaskan pada pilot yang menerbangkannya.

Namun, dugaan itu dianggap masih terlalu dini. Perlakuan pilot pada pesawat dengan model berbeda juga memegang faktor penting. Terlebih, terkait teknologi atau sistem pesawat yang harus disetting secara manual.

"Ketika Anda melakukan latihan konversi dari satu model pesawat ke lainnya, bagaimana membenarkan MCAS harus dilakukan secara manual," tambah Neil.

Fakta lainnya, pihak Boeing langsung mengeluarkan buku manual baru terkait cara menerbangkan pesawat model MAX 8 untuk para pilot paska tragedi Lion Air.

Masalahnya, apakah pihak maskapai Ethiopian Airlines telah melakukan training terkait cara menerbangan model MAX 8 pada para pilotnya. Itu yang menjadi pertanyaan tambahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar