Senin, 25 November 2019

Pembekuan Darah Jadi Salah Satu Penyebab Keguguran Berulang

Jika ibu hamil mengalami keguguran berulang, pembekuan darah di tempat yang tak seharusnya (trombosis) bisa menjadi salah satu penyebabnya. Penyebabnya, pembekuan darah memengaruhi kualitas plasenta.

"Kalau keguguran berulang, bisa karena pembekuan darah sehingga darahnya kental dan menyumbat pembuluh darah di plasenta," tutur Prof Dr dr Karmel L Tambunan SpPD-KHOM, di Media Diskusi 'Waspada Darah Beku' di Doubletree Hotel, Cikini, Jakarta, Selasa (20/10/2015).

Akibat pembuluh darah di plasenta yang tersumbat, maka tidak ada nutrisi dan oksigen yang diberikan ke bayi. Sehingga, ibu bisa keguguran. Menurut pengelaman Prof Karmel, biasanya usia bayi tak sampai tiga bukan.

Toh ada yang bisa bertahan, biasanya janin mengalami gagal tumbuh bahkan ibu bisa mengalami preeklampsia di trimester ketiga kehamilan. Pada ibu yang mengalami pembekuan darah, biasanya akan diberi obat antikoagulan dan hampir 90 persen kondisinya bisa diatasi.

"Ada pasien saya keguguran tiga sampai enam kali. Bahkan ada yang sudah coba bayi tabung berapa kali tapi keguguran terus. Ternyata ada faktor bekuan darah dan setelah diberi antikoagulan bisa hamil. Jadi bekuan darah bisa menjadi salah satu penyebab keguguran berulang," tutur Prof Karmel.

Memang, kehamilan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya trombosis. Sebab, uterus yang membesar makin menekan pembuluh darah hingga menjadi stasis dan aliran darah pun lambat. Untuk itu, biasanya sejak trimester kedua dilakukan pemeriksaan guna mengetahui kemungkinan pembekuan darah.

Trombofilia (pembuluh darah cenderung beku) didapat karena faktor genetik dan non-genetik. Salah satu faktor non-genetik yakni adanya Antiphospholipid Syndrome (APS). Pada seseorang yang memiliki APS, protein C sebagai antikoagulan akan ditekan kemudian membuat darah mudah beku.

"Maka, pada wanita hamil APS memperburuk sumbatan yang berupa bekuan darah di plasenta," ujar Prof Karmel. https://bit.ly/2KQKB3k

Makan Siang di Meja Kerja Berisiko Kena Penggumpalan Darah

Jam makan siang adalah waktu yang tepat untuk beranjak dari meja kerja. Kalau makan siang saja harus dilakukan di meja kerja, maka risikonya sama seperti melakukan penerbangan jarak jauh yakni terkena penggumpalan darah yang bisa memicu kematian mendadak.

Sebuah lembaga survei di Inggris, ComRes baru-baru ini melakukan penelitian mengenai hubungan antara makan siang dan risiko kematian mendadak. Hasilnya, makan siang yang dilakukan di meja kerja terbukti meningkatkan risiko Deep Vein Trombosis (DVT) yang bisa berakibat fatal.

DVT atau penggumpalan darah di vena sering terjadi pada penerbangan jarak jauh, ketika penumpang menghabiskan waktu berjam-jam di tempat duduk. Sama halnya pada karyawan yang jarang beranjak dari meja kerja, risiko DVT juga bisa memicu kematian mendadak.

Menurut survei tersebut, 3 dari 4 orang di Inggris tidak sempat beristirahat saking sibuknya beraktivitas baik bekerja maupun bermain video games. Padahal duduk selama lebih dari 90 menit disebut-sebut bisa meningkatkan risiko DVT sebesar 50 persen.

Penelitian ini dilakukan terhadap 1.000 orang, yang sebagian adalah karyawan berusia 21 hingga 30 tahun serta penggemar video games berusia 16 hingga 21 tahun. Sebanyak 73 persen atau kurang lebih 3 dari 4 orang yang disurvei tidak sempat beranjak dari tempat duduk untuk makan siang.

Penelitian lain yang dilakukan secara terpisah oleh Dr Richard Beasley dari Medical Research Institute of New Zealand menegaskan hasil survei tersebut. Menurut penelitian Dr Beasley, makan siang di meja kerja meningkatkan risiko DVT hingga 2,2 kali lipat.

"Orang tahu gaya hidup yang kurang gerak bisa meningkatkan kegemukan dan risiko penyakit jantung di kemudian hari. Tapi jarang orang tahu bahwa duduk dalam waktu lama di tempat kerja juga memicu risiko jangka pendek," kata Dr Beasley seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (15/5/2012). https://bit.ly/2KODB7e

Tidak ada komentar:

Posting Komentar