Nama Banu Riyowidhardo belum begitu akrab di telinga masyarakat Kabupaten Demak. Namun warga asal Desa Mijen, Kecamatan Mijen, Demak, ini salah satu kreator inovasi bagi pengembangan teknologi tepat guna.
Pria berusia 41 tahun ini bahkan sudah menciptakan puluhan teknologi tepat guna, belasan di antaranya adalah mesin.
Seperti mesin tanam biji serbaguna, filter air murah untuk keperluan MCK, penyiram tanaman otomatis, kompor deep frying, blower sampah, gasifiyer biomassa, pencacah sampah, penetas telur otomatis berkapasitas 3.000 telur. Ada lagi, penghemat listrik, komposter biopori, alat running text bertenaga surya, dan alat pembuat bijih plastik. http://nonton08.com/king-arthur-legend-of-the-sword/
Yang cukup menarik adalah mesin tanur karbon, yakni pembakar sampah tanpa asap dan mengolahnya menjadi pupuk tanaman.
"Mesin tanur karbon ini saya buat karena prihatin terhadap persoalan sampah," ujarnya kepada detikcom di rumahnya, Selasa (26/11/2019).
Ia menerangkan, mesin tersebut sebagai jawaban atas persoalan sampah. Sebab, mesin tersebut dapat memusnahkan sampah menjadi abu dan proses pembakarannya tanpa asap. Bahkan abunya dapat dijadikan pupuk.
"Tanur karbon ini sistem kerjanya semua sampah kecuali kaca dan besi dibakar dengan suhu di atas 1.000 derajat, dengan membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Asap yang ditimbulkan diolah atau dirontokkan dengan hidrokarbon. Jadi tidak menimbulkan asap," jelasnya.
"Abu yang lembut, baik dari sampah organik maupun nonorganik, itu bisa dijadikan pupuk dengan memberikan biang kimia," tutur dia.
Untuk saat ini, ia sudah menciptakan dua mesin tanur karbon dengan kapasitas 2,5 ton dan 150 kilogram sekali pembakaran. Dalam sehari, mesin dapat melakukan pembakaran sampah 3-10 kali.
"Kalau yang besar itu tiga sampai empat kali pembakaran dalam sehari, kalau yang kecil bisa 10 kali," imbuhnya.
Mesin tanur karbon itu dibuat hanya membutuhkan waktu hanya dua pekan. Elemen yang digunakan adalah mesin diesel, tong drum, pipa besi, dan blower.
"Waktu yang pertama buat kapasitas kecil itu dua minggu sudah jadi. Mesin diesel pakai bahan bakar solar dan api untuk pembakaran bahan bakarnya elpiji," terangnya.
Kemampuannya berinovasi di bidang teknologi itu diasah saat masih duduk di bangku kuliah Jurusan Teknik Elektro USM.
"Saya lulus tahun 2002. Sempat bekerja di beberapa perusahaan. Dan akhirnya mengabdi untuk kepentingan masyarakat," ungkap pemilik bengkel rekayasa teknik di rumahnya itu.
Lantaran itu, ia pun ditunjuk menjadi Ketua Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) antardesa Nata Raharja, Kecamatan Mijen. Dan membawa lembaga tersebut mendapat penghargaan juara 2 Posyantek Berprestasi Nasional 2018, juara 1 Kreasi dan Inovasi Daerah Kabupaten Demak tahun 2017 dan 2019.
"Saya kira teknologi tepat guna perlu mendapat perhatian dari pemerintah, dan perlu kesadaran masyarakat untuk terus berkembang dan maju. Sudah ada sekitar 32 teknologi tepat guna yang saya buat. Intinya butuh keberanian untuk penanganan sampah," tandasnya. http://nonton08.com/swapping-my-friends-wife-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar