A alias Rayya, bos salon yang menjadi aktor video 'seks gangbang' di Kabupaten Garut, Jawa Barat, sudah menjalani pemeriksaan kesehatan dan diketahui mengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus).
"Untuk tersangka inisial A dinyatakan positif mengidap penyakit HIV," ujarKasatreskrim Polres Garut AKP Maradona Armin Mappaseng di Mapolres Garut, Jalan Sudirman, Selasa (20/8/2019).
Seperti diketahui, hubungan seks yang tidak aman merupakan salah satu faktor risiko penularan HIV. Bergonta-ganti pasangan termasuk di dalamnya, apalagi berhubungan seks ramai-ramai.
Penggunaan kondom mungkin bisa meminimalkan risiko. Tetapi siapa yang menjamin proteksi berjalan sesuai harapan? Risiko bocor atau terlepas, dalam praktiknya tetap harus selalu diperhitungkan.
Pemeriksaan tentu perlu dilakukan oleh siapapun yang melakukan hubungan seks berisiko. Termasuk dalam hal ini, partner gangbang bos salon tersebut. Bahkan pada populasi umum, tes HIV dianjurkan tiap 6 bulan terutama apabila aktif secara seksual.
Lalu bagaimana bila ternyata positif HIV? Tenang, infeksi HIV bukan akhir segalanya, meski bukan berarti boleh dianggap remeh. Pengobatan teratur dengan obat ARV (Antiretro Viral) bisa meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV. http://cinemamovie28.com/taken-heart/
"ARV memiliki tugas meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlah virus, dalam arti mencegah agar virus tidak berkembang biak," ujar dr Aritha Herawati, dalam sebuah wawancara dengan detikHealth, kala itu menjabat sebagai kepala bidang terapi rehabilitasi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta.
Risiko 'Seks Gangbang' di Garut: Infeksi hingga Gangguan Kejiwaan
'Seks gangbang' di Garut menjadi hal yang saat ini diperbincangkan masyarakat. Bagaimana tidak, video porno itu beredar luas di media sosial dan meresahkan masyarakat.
Perilaku seks yang melibatkan tiga laki-laki dan satu perempuan itu bukan tanpa dampak bagi pelakunya. Psikolog dari Personal Growth, Ni Made Diah Ayu Anggreini, MPsi, Psikolog mengingatkan dampak yang cukup berat pada otak si pelaku.
"Tindakan seksual itu disarankan dengan satu pasangan. Kalau lebih kan disarankan dengan kondom, tapi kondom kan juga tidak menjamin terhindar dari infeksi. Risiko paling besar (seks gangbang -red) kena IMS (infeksi menular seks)" ujarnya kepada detikHealth, Rabu (14/8/2019).
Selain dampak pada fisiknya, psikologis para pelaku seks gangbang ini juga dapat terpengaruh. Ayu menjelaskan bahwa pelaku yang melakukan perilaku seks ini dengan terus-menerus bisa mengembangkan gangguan perilaku seksual.
"Jika diteruskan, ini bisa merugikan mereka. Harus segera diintervensi. Sesuatu yang menyimpang harus dikembalikan," imbuhnya.
Ayu juga mengatakan bahwa alasan pelaku melakukan seks gangbang ini biasanya untuk memenuhi kepuasan fantasi seksualnya. Atau kemungkinan lain, mereka memiliki keingintahuan lebih besar mengenai seks gangbang ini. http://cinemamovie28.com/the-underdogs/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar