Miris. Satu kata yang cukup menggambarkan kejadian incest yang dialami di Lampung yang menyeret M (45) dan dua orang anaknya berinisial SA (23) dan YF (15) yang menyetubuhi AG (18) yang merupakan anak kandung serta adik dan kakak para pelaku yang menyandang keterbelakangan mental.
Hingga saat ini, kasus masih terus didalami. Baik tersangka dan korban akan diperiksa lebih lanjut pada Senin (25/2) besok dengan mendatangkan ahli dan psikolog.
Incest adalah hal yang tabu dan mengundang banyak kontroversi. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini fakta-fakta mengejutkan incest.
Incest adalah hubungan seksual atau tindakan seksual lainnya seperti cumbuan, penganiayaan, eksibisionisme dan pelecehan seksual, baik secara fisik atau emosional, ketika itu terjadi antara anggota keluarga. Ini dapat mempengaruhi laki-laki dan perempuan atau bahkan lebih dari satu anggota keluarga bisa menjadi korban dari perilaku ini.
Dilansir Athlone (Midlane) Rape Crisis Center, korban anak-anak biasanya tidak menyadari apa yang dialaminya adalah hal yang salah. Mereka kerap tertipu dan diyakinkan dengan cara pelaku akan merahasiakan hal ini kepada orang lain. Anak-anak tidak memberi tahu karena berbagai alasan semisal ketakutan, ancaman bahwa mereka atau orang lain yang mereka cintai akan dirugikan jika mereka memberi tahu, takut tidak percaya atau takut jika pelaku yang mereka cintai dalam kesulitan.
Terkadang satu-satunya kontak 'penuh kasih' yang dimiliki anak adalah kontak yang kasar dan mereka mungkin tidak ingin kehilangan ini. Terkadang anak kecil tersebut tidak menyadari bahwa apa yang terjadi itu salah sampai di kemudian hari ketika mereka mulai tumbuh lebih dewasa.
Ditulis List Verse, ketika berhubungan dengan seseorang dengan kumpulan gen yang sama sekali berbeda, peluang kita untuk mewariskan gen resesif hanya 50 persen. Sering kali, gen-gen itu tetap tidak aktif, tetapi ketika orang-orang yang berbagi banyak gen yang sama, peluang untuk lewat pada kondisi yang dikenal sebagai gangguan resesif autosom meningkat secara signifikan.
Efek samping lain dari perkawinan sedarah termasuk peningkatan risiko infertilitas, cacat lahir seperti sumbing, masalah jantung, asimetri wajah, berat badan lahir rendah, laju pertumbuhan lambat, dan kematian neonatal. Bahkan, satu studi menemukan bahwa 40 persen anak-anak yang orang tuanya adalah kerabat tingkat pertama dilahirkan dengan gangguan resesif autosom, kelainan fisik bawaan, atau defisit intelektual yang parah. Risiko anak untuk mengalami kematian dini, cacat lahir yang serius, atau cacat mental meningkat hingga hampir 50 persen. https://bit.ly/2L0NGhk
Belum lagi risiko hemofilia atau juga penyakit lainnya yang menghampiri. Disebutkan bahwa sekitar 36 persen kejadian hipertensi terjadi dalam populasi keturunan berhubungan dengan incest.
Sebuah studi tahun 1994 menunjukkan bahwa wanita mungkin benar-benar dapat mencium pasangan genetik terbaik untuk menjadi ayah bagi keturunan mereka di masa depan. Dalam percobaan, yang akhirnya dikenal sebagai tes 'bau kaus', wanita diminta mengendus kemeja yang telah dipakai oleh pria acak selama tiga hari dan menilai aroma mereka untuk intensitas, kesenangan, dan keseksian.
Setelah menganalisis DNA partisipan, para peneliti menemukan bahwa para wanita lebih menyukai aroma pria yang paling berbeda secara genetik dari mereka. Penelitian yang lebih baru juga menemukan bahwa pasangan yang memiliki banyak kesamaan genetik juga memiliki kepuasan seksual terendah. Wanita yang berpasangan dengan pasangan yang mirip secara genetis bahkan lebih cenderung untuk berselingkuh dari suami mereka. Studi-studi ini menunjukkan bahwa gen tidak hanya dapat mempengaruhi pilihan pasangan tetapi menentukan kepuasan secara keseluruhan dengan pasangan.
Sebagian besar makhluk hidup mendapat manfaat dari keanekaragaman genetik saat berkembang biak, termasuk tanaman, yang telah mengembangkan mekanisme mereka sendiri untuk mencegah penyerbukan sendiri. Banyak tanaman bersifat hermafrodit, artinya mereka memiliki organ reproduksi jantan dan betina, yang membuatnya mudah melakukan penyerbukan sendiri. Untuk mencegah hal ini, beberapa tanaman, seperti petunia dan tanaman tembakau, telah berevolusi untuk mengembangkan apa yang oleh para ilmuwan dijuluki strategi 'ketidakcocokan diri'.
Sebagai bagian dari strategi ini, beberapa tanaman dapat mengidentifikasi serbuk sari mereka sendiri setelah memasuki organ reproduksi tanaman (disebut 'putik') dan menghancurkan sebelum pembuahan terjadi menggunakan racun yang disebut S-RNase. Meskipun S-RNase diproduksi bahkan ketika serbuk sari beragam secara genetik telah memasuki putik, tanaman mencegah penghancuran serbuk sari yang layak dengan menahan racun sampai telah mengidentifikasi serbuk sari apakah kompatibel atau tidak kompatibel. https://bit.ly/37OdbMO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar