Ramai di sosial media terkait warga negara Swedia bernama Michael Olsson yang akan menggugat PT Bank Mandiri Tbk sebesar Rp 800 triliun karena pengiriman dana dari Barclays sejumlah Rp 800 triliun tak tercatat di bank.
Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan berita terkait dana Rp 800 triliun dari seorang warga Swedia merupakan berita yang tidak benar.
Rohan mengungkapkan, saat ini pihak Bank Mandiri juga sudah melakukan pemeriksaan terkait dokumen-dokumen tersebut.
"Kita sudah cek ke Barclays Bank, kalau suratnya itu palsu. Kalau dia kurang percaya, bisa tanya sendiri ke sana. Lalu dia seharusnya tanya juga ke pengirimnya," kata Rohan saat dihubungi detikFinance, Kamis (29/8/2019).
Dia menjelaskan, warga Swedia bernama Michael Osloon itu terindikasi melakukan kebohongan. Rohan mengatakan Michael mengaku sudah menabung selama 25 tahun di Bank Mandiri.
"Bank Mandiri aja usianya 20 tahun ya, nah bohong kan," imbuh dia.
Rohan menambahkan, saat ini dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri tercatat Rp 827 triliun per semester I 2019 dengan jumlah aset Rp 1.235,6 triliun.
"Kalau masuk di Mandiri DPKnya jadi Rp 1.600 triliun dong, lebih dari jumlah aset," kata dia.
Duniatex Masih Punya Utang ke Mandiri Rp 2,2 T
PT Bank Mandiri Tbk menilai Duniatex merupakan debitur yang terbilang disiplin dalam melakukan restrukturisasi utangnya. Grup usaha di bidang pertekstilan itu terancam gagal bayar utang.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, utang Duniatex kepada Bank Mandiri sebelumnya mencapai Rp 5,5 tahun. Namun hingga Juni 2019 utang Duniatex tinggal Rp 2,2 triliun.
"Dalam tempo 2 tahun turunnya sudah Rp 3,3 triliun," ujarnya di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Menurut Panji, ukuran kemampuan perusahaan membayar utang atau coverage ratio terbilang cukup tinggi. Dari pihak Bank Mandiri juga sudah melakukan antisipasi sejak Duniatex mulai muncul gejala-gejala sakit. http://cinemamovie28.com/merah-putih/
"Bank Mandiri dengan kemampuan endus risiko itu kita bisa turunkan dalam 2 tahun Rp 3,3 triliun. Dalam waktu dekat memang dalam proses melakukan restrukturisasi," ujarnya.
Corporate Secretary Mandiri Rohan Hafas menambahkan, piutang Bank Mandiri sendiri terhadap induk usahanya, bukan anak usahanya. Seperti diketahui yang ramai dikabarkan gagal bayar utang adalah PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang tergabung dalam Grup Duniatex.
"Itu kan yang macet anak perusahaan, kita pinjamannya ke Duniatex. Jadi perusahaan berbeda. Sementara yang di sana gagal bayar bonds. Jadi secatmra legal masih lancar," tambahnya.
Lampu Merah Industri Tekstil Indonesia
Beberapa perusahaan berpotensi gagal membayar kewajibannya. Sebut saja, PT TPS Food, PT Asuransi Jiwasraya dan yang paling baru adalah PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang tergabung dalam Grup Duniatex.
Menurut Pengamat Ekonomi Bima Yudhistira semakin banyaknya perusahaan yang tak mampu membayar utang menunjukkan indikasi adanya pelemahan ekonomi yang menjalar di sektor industri manufaktur dan beberapa sektor keuangan.
"Porsi manufaktur sendiri terus merosot terhadap PDB dikenal sebagai deindustrialisasi prematur. Data BPS terakhir porsi manufaktur tinggal 20% dari PDB (Produk Domestik Bruto)," terangnya kepada detikFinance, Kamis (25/7/2019).
Secara spesifik di industri tekstil sendiri menurut Bima kinerja ekspornya kurang membahagiakan. Industri pakaian jadi tahun 2014-2018 hanya tumbuh 3,14%.
Dia menilai industri tekstil belakangan ini terpukul pelemahan permintaan global dan efek perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Belum lagi persaingan di industri ini semakin ketat.
"Persaingan yang ketat dari kompetitor asal Vietnam dan Bangladesh juga membuat produsen tekstil Indonesia berguguran. Daya saing industri kita melemah," tambahnya.
Sementara itu, pasar di Indonesia semakin dibanjiri produk impor tekstil. Hal itu terlihat dari data BPS tahun 2018.
"Ada impor tekstil dan produk tekstil yang nilainya US$ 10,02 miliar naik 13,9% (year on year/yoy). Ini bukan lagi lampu kuning tapi sudah lampu merah di sektor tekstil," tambahnya.
Menurut Bhima pemerintah harus segera ambil langkah penyelamatan industri tekstil dalam negeri apalagi lantaran sifatnya padat karya.
"Kalau sampai pailit mau tidak mau akan terjadi gelombang PHK," tutupnya. http://cinemamovie28.com/darah-garuda-merah-putih-ii/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar