Festival belanja online Singles Day atau saat ini lebih dikenal dengan 'Double Eleven' kembali diperingati dengan meriah. Saat ini kita mengenal festival 'Double Eleven' atau 11.11 sebagai hari dimana banyak toko online memberikan diskon besar-besaran.
Namun apakah Anda tahu asal-usul promo 11.11 bisa bermunculan?
Melansir dari nationaltoday.com, Senin (11/11/2019), Singles Day pertama kali dicetuskan oleh para mahasiswa di Universitas Nanjing, China pada 11 November 1993. Sesuai namanya, Singles Day merupakan hari spesial yang diperuntukkan kepada para jomblo di China.
Para mahasiswa lajang di Universitas Nanjing China memilih 11 November untuk dirayakan, memanjakan diri mereka alih-alih meratapi nasib menjadi orang tanpa pasangan alias jomblo. Singles Day dengan cepat tumbuh menjadi hari raya yang tidak resmi untuk para jomblo di China menikmati masa lajang mereka.
Para jomblo ini memilih untuk memberikan 'hadiah' kepada diri mereka sendiri dengan cara membeli makanan-makanan enak ataupun belanja barang-barang tertentu. Dari akar yang sederhana itu, Singles Day telah menjadi 'hari raya' bagi orang China untuk berbelanja.
Kemudian, Single Day atau 11.11 menjadi trend untuk berbelanja online pertama kali dipicu oleh Alibaba Group. Pada 2009, CEO Alibaba Daniel Zhang berinisasi untuk memberikan promo penjualan online pada Singles Day. Kini promo 11.11 telah berkembang menjadi acara tahunan dan pesta belanja online terbesar di dunia, baik untuk para 'single' ataupun untuk yang sudah 'double'.
Tidak hanya Alibaba, saat ini sudah banyak e-commerce yang mulai ikut merayakan Single Day sebagai hari belanja online, termasuk di Indonesia. Sebut saja Tokopedia, Shopee, bukalapak, hingga berbagai e-commerce lainnya ikut merayakan pesta belanja online terbesar di dunia ini. http://cinemamovie28.com/inappropriate-comedy/
Duniatex Biang Kerok Kredit Bermasalah Industri Perbankan
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan mengalami kenaikan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPL gross pada Oktober 2019 di level 2,73%, naik dari bulan sebelumnya 2,66%.
Kenaikan NPL tersebut lebih banyak disumbang dari kredit untuk industri pengolahan. Melonjaknya kredit bermasalah industri pengolahan itu bersumber dari permasalahan kredit Duniatex.
"(NPL) ada yang nol, ada yang naik industri pengolahan. Industri pengolahan dampak dari Duniatex ada pengolahan juga, bukan tekstil hilir tapi hulu," kata Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo di kompleks Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Jumat (29/11/2019).
Edy menerangkan, NPL di sektor industri pengolahan hingga Oktober 2019 berada di posisi 4,12%. Angka itu naik dari posisi Desember 2018 2,52%. Total kredit industri pengolahan di Oktober 2019 mencapai Rp 874 triliun.
Selain sektor industri pengolahan, industri perdagangan juga turut menyumbang NPL perbankan. NPL sektor ini pada Oktober 2019 di posisi 3,92% naik dari posisi Desember 2018 3,57%.
Edy menambahkan untuk permasalahan kredit macet Duniatex sendiri saat ini tengah dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Prosesnya saat ini tengah menghitung jumlah keseluruhan Duniatex beserta utang pribadi pemiliknya.
"Jadi kita harus tunggu, ada utang-utang dari lembaga korporasinya, ada utang dari pribadi pemilik juga. Sehingga harus dikumpulkan dalam daftar utang. Nanti baru diputuskan PKPU utangnya berapa," tambahnya.
Sementara menurut catatan OJK total utang Duniatex secara grup mencapai Rp 22 triliun. Utang itu berasal dari kreditur bank maupun non bank.
"Nanti masuk PKPU-nya itu baru persis tahu berapa utangnya. Karena mereka melakukan pendaftaran, semua kreditur diundang," ujarnya.
OJK berharap permasalahan utang Duniatex bisa berakhir dalam proses restrukturisasi. Sebab Duniatex memiliki karyawan sekitar 50 ribu orang yang akan berdampak cukup besar. http://cinemamovie28.com/hallam-foe/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar