Pemeran Hermione Granger di film Harry Potter, Emma Watson (29) menyebut dirinya adalah seorang 'self-partnered' bukan 'single' dalam sebuah wawancara bersama British Vogue. Dia bahagia dengan statusnya.
Emma berbicara soal tekanan dan kecemasan tentang membangun rumah tangga, karier, dan lain hal yang dirasakannya menjelang ulang tahunnya yang ke-30. Namun dia merasa bahagia sebagai seorang single. Dia lebih suka menyebutnya 'self-partnered' (berpasangan dengan diri sendiri-red).
Dikutip dari Metro, konsep 'self-centered' yang diusung Emma secara psikologis menunjukkan bahwa dia ingin keluar dari konsep 'single' yang beredar di masyarakat. Banyak orang yang memberinya tekanan tentang pentingnya punya pasangan seiring dengan usia perempuan yang terus bertambah.
Konsep 'single' sering dikaitkan dengan perasaan duka. Padahal sebenarnya tidak ada yang salah dengan menjadi lajang.
Di sinilah Emma muncul ingin menunjukkan label baru untuk dirinya; dengan cara yang menunjukkan tak mudah baginya menunggu seseorang yang tepat untuk datang, dan tetap menikmati hidup.
Emma pun bisa terus bahagia tanpa pasangan dengan segudang aktivitas yang menyenangkan bersama teman-teman, kampanye PBB, syuting dengan brand ternama, dan juga sejumlah penghargaan karier aktingnya.
Memang menyedihkan kalau kita sampai harus menjustifikasi 'single' dengan istilah baru. Tapi seperti yang Emma rasakan, kita juga bisa melawan tekanan-tekanan lajang di usia dewasa.
Perlukah Rambut Kemaluan Diberi Kondisioner Seperti Emma Watson?
Pengakuan mengejutkan datang dari aktris muda berbakat Emma Watson dalam sebuah wawancara dengan sebuah situs kecantikan. Ia mengaku menggunakan conditioner khusus untuk rambut kemaluannya.
"Saya memakai Fur Oil (sebuah merek produk kecantikan di AS). Saya memakainya untuk rambut, alis bahkan rambut kemaluan saya," katanya kepada Into the Gloss.
Ia bahkan mengaku produk seharga 44 dollar AS itu luar biasa karena sifatnya yang 'all-purpose' atau serbaguna.
Lantas perlukah rambut kemaluan diberi pelembap seperti ini? Konon rambut kemaluan yang halus dan lembut saat dipegang tengah menjadi tren yang digandrungi saat ini. Bahkan dalam sebuah penelitian gabungan yang dilakukan Georgia College, Princeton University dan Indiana University, tak hanya pria, wanita pun lebih memilih pasangannya menjaga kerapian rambut kemaluannya.
Sebagian besar pakar tidak menyebutkan secara pasti apakah rambut kemaluan perlu dibilas dengan sabun agar terjaga kebersihannya, sebab yang terpenting adalah rutin membasuhnya dengan air bersih. Tetapi penggunaan sabun untuk membersihkan rambut kemaluan juga bukan jadi soal. https://bit.ly/2OqB3y8
Seperti halnya diungkapkan dr Sari Chairunnisa, SpKK dari Bamed Skin Care. "Sabun biasa aja, sabun badan nggak apa-apa, nggak harus sabun khusus kemaluan," katanya kepada detikHealth beberapa waktu lalu.
Yang tak kalah penting adalah memastikan area kemaluan tidak lembap atau selalu kering sebelum memakai celana dalam. "Takutnya kalau buru-buru, area kemaluannya masih basah terus sudah pakai celana, akibatnya malah jadi lembap dan bisa menjadi sarang infeksi penyakit yang lain," imbuhnya.
Cara lain adalah dengan mengganti celana dalam sedikitnya dua kali sehari, kecuali memang aktivitas yang bersangkutan sangat padat atau sering berkeringat, maka lebih sering lebih baik.
Bagaimana dengan dicukur? Pakar andrologi Prof Dr dr Nukman Moeloek, SpAnd dari Universitas Indonesia menambahkan, umumya pertumbuhan rambut kemaluan akan terhenti selama dua bulan, sehingga rambut kemaluan yang sudah 'gondrong' pun takkan bertambah gondrong meski tidak dicukur.
Hanya saja, rambut kemaluan yang tidak dicukur rentan menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri atau jamur jika tidak dibersihkan dengan baik. Untuk memangkasnya, bisa digunakan pisau cukur. "Sebelum dicukur, jangan lupa dibasahi dan diberi sabun dulu agar licin dan gampang mencukurnya," sarannya.
Pastikan juga alat cukurnya betul-betul bersih dan steril, atau tidak dipakai bergantian dengan pasangan. Oleh karena itu dr Laksmi Duarsa, SpKK dari RS Surya Husadha Denpasar mengimbau untuk menggunakan pisau cukur sekali pakai guna meminimalisir risiko penularan penyakit kelamin.
"Kalau pakai pisau cukur harus dipakai sendiri biar steril lah, jangan dipakai berulang-ulang, jangan dipakai dengan orang lain. Misalnya si A mempunyai infeksi, dan si B menggunakan pisau cukurnya maka kita (yang menggunakan) akan terkena infeksi juga," katanya.
Selain itu ia meminta agar rambut kemaluan tidak dicukur terlalu pendek karena dapat menyebabkan iritasi, dengan gejala di antaranya merah, gatal serta perih. https://bit.ly/2XVifu6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar