Garuda Indonesia dan beberapa BUMN berencana keroyokan menyelamatkan maskapai Merpati Nusantara Airline (MNA). Sejak 2014 maskapai ini telah 'mati suri' dan menjadi salah satu daftar BUMN yang pesakitan.
Menurut Direktur Konstruksi Bisnis dan Manajemen Aset PT Perusahaan Pengelola ASet (PPA) Dikdik Permadi dalam kerja sama ini Garuda akan memanfaatkan fasilitas anak usaha Merpati yang bergerak dalam perawatan pesawat untuk mengoperasikan pesawat kargo.
Nantinya pesawat kargo ini akan mengangkut barang-barang milik 10 BUMN yang ikut bekerja sama. Mayoritas, barang-barang yang dikirim akan menuju wilayah timur.
"Order Merpati itu dari Himbara, ada BNI, BRI, BTN, dan Mandiri. Lalu kemudian non bank ada Bulog, Pertamina, PLN, Semen Indonesia, PT PPI dan satu lagi Garuda," kata Dikdik saat berbincang bersama wartawan di Bandung, Kamis (14/11/2019).
Meski sudah ada penandatangan MoU antara Merpati dengan gabungan 10 BUMN, Dikdik mengatakan bahwa hingga kini kerja sama layanan kargo ini masih dalam tahap pembicaraan soal besaran kontrak yang diterima Merpati.
"Kalau nominal kan baru ditanda tangan kemarin, detailnya masing-masing (BUMN) masih sampaikan volume muatan ke Indonesia Timur berapa besar. Nanti kan disesuaikan dengan kargonya, pesawatnya. Pokoknya, masih bahasan mengenai nilainya," kata Dikdik.
Selain kargo, Dikdik menambahkan bahwa Garuda sendiri juga akan bekerja sama dengan anak usaha Merpati yang bergerak di pelatihan aviasi.
"Kemudian MRO dan juga training center, jadi memang Merpati ini bisa dibilang setop operasi, tapi dia ada anak usaha MRO dan training center. Nanti bukan cargo aja, dua anak usaha itu juga akan dikembangkan sama Garuda," ucap Dikdik.
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain gotong royong membantu PT Merpati Nusantara Airlines untuk bangkit dari mati suri.
Sementara BUMN lain yang ikut dalam penandatangan ini selain Garuda, antara lain PT Pertamina (Persero), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Perum Bulog, PT PLN (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. https://bit.ly/2Djx00q
Suntikan Dana ke Merpati Masih Mandek, Apa Sebabnya?
Upaya membangkitkan kembali PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) dari 'mati suri' belum ada perkembangan hingga saat ini. Merpati disebut masih menunggu masuknya bantuan modal dari calon investor.
Setidaknya, ada PT Intra Asia Corpora yang sudah bertahun-tahun disebut siap menyuntik modal Rp 6,4 triliun ke maskapai pelat merah ini. Menurut Direktur Konstruksi Bisnis dan Manajemen Aset PT Perusahaan Pengelola ASet (PPA) Dikdik Permadi, hingga kini proses masuknya investasi masih mandek karena belum disetujui DPR soal privatisasinya.
"Sesuai anggaran dasar Merpati itu harus dapat setuju dari Menkeu lalu diajukan ke DPR, dan kemudian melakukan privatisasi. Sampai saat ini belum sampai ke DPR statusnya," ucap Dikdik, saat berbincang bersama wartawan, di Bandung, Kamis (4/11/2019).
Padahal menurut Dikdik apabila investasi tersebut masuk, Merpati kemungkinan akan sehat kembali. Pasalnya, sesuai dengan perjanjian perdamaian utang Merpati, penyelesaiannya disetujui melalui masuknya dana investor ke dalam perusahaan.
"Dalam penyelesaian utangnya akan ada investor masuk ke Merpati. Nanti ada perubahan komposisi modal, investor akan jadi pemegang saham mayoritas. Salah satu syarat pendahuluan adalah harus ada persetujuan dari DPR, kemudian baru privatisasi," papar Dikdik.
Patut diketahui, dalam catatan detikcom Merpati menanggung utang sampai Rp 10,7 triliun dari kreditur. Sementara, asetnya hanya Rp 1,2 triliun. Ekuitas maskapai pelat merah ini minus Rp 9 triliun. https://bit.ly/35DrMJ4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar