Jumat, 21 Mei 2021

3 Rahasia yang Bisa Bikin Wanita Cepat Orgasme

 Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa wanita lebih sulit mencapai orgasme saat bercinta daripada pria. Namun, terdapat banyak cara yang bisa dilakukan oleh pria untuk membantu pasangannya mencapai klimaks saat bercinta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Chapman University, Indiana University, dan Kinsey Institute terhadap 52.000 orang di Amerika, terdapat tiga gerakan yang disebut dengan 'trio emas' yang bisa membantu wanita agar bisa orgasme.


Ketiga gerakan tersebut meliputi stimulasi alat kelamin, ciuman mendalam, dan seks oral. Studi tersebut membuktikan bahwa wanita justru tidak mudah mencapai orgasme hanya melalui penetrasi.


"Sekitar 30 persen pria berpikir bahwa penetrasi merupakan cara terbaik untuk membuat wanita orgasme, padahal sebenarnya hal tersebut tidak benar," kata salah satu penulis dalam penelitian tersebut, Elisabeth Lloyd.


Lebih lanjut, penelitian tersebut juga menemukan bahwa wanita yang lebih mudah mencapai orgasme memiliki hubungan yang baik dengan pasangannya. Di sisi lain, meski penelitian menunjukkan ketiga gerakan tersebut bisa mempermudah wanita mencapai klimaks, hal ini tentunya menyesuaikan kembali dengan masing-masing wanita.


"Yang membuat satu wanita orgasme bisa berbeda dengan apa yang membuat wanita lainnya orgasme," ujar David Frederick, penulis penelitian dari Chapman University.


"Kuncinya adalah komunikasi dengan pasangan masing-masing," lanjutnya

https://maymovie98.com/movies/kung-fu-panda-holiday/


Bio Farma: Tes Antibodi Sendiri Usai Vaksin Corona Tak Ada Manfaatnya


Penasaran dengan efektivitas vaksin Corona, beberapa orang berinisiatif melakukan tes antibodi sendiri di laboratorium. Peningkatan kadar antibodi dianggap mewakili efektivitas vaksin.

Meski tak disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI, tes antibodi usai vaksin Corona rupanya cukup banyak diminati. Salah satunya oleh anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay. Dari hasil tes antibodi yang dilakukannya itu pula, Saleh mempertanyakan efektivitas vaksin Corona yang dipakainya.


"Waktu itu saya tes imunitas saya setelah sebulan, dapat 6,28. Kemarin, sebulan setelah itu saya tes lagi. Dapat 8,28," ungkap Saleh dalam rapat di DPR RI, Kamis (20/5/2021).


Saleh semakin mempertanyakan efek perlindungan vaksin Corona karena sepekan setelah tes antibodi, dirinya malah terinfeksi COVID-19.


"Karena kalau imunitas 6,28; 8,28; itu nggak usah disuntikkan pun sudah ada di situ, Pak. Mestinya. Mestinya, saya nggak paham soal kedokteran. Tapi mestinya itu kan pasti ada kekebalannya kan, masak nggak ada," sebutnya.


Menanggapi kebingungan tersebut, Ketua Komnas KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), M.TropPaed menegaskan bahwa tes antibodi setelah vaksin Corona tidak disarankan. Alasannya, WHO pun tidak menggunakan tes antibodi sebagai standar untuk mengukur efektivitas vaksin.


Dan kita nggak tahu reagen-reagen yang dipakai itu dia mengukur titer antibodi yang mana, karena nggak semua antibodi memberikan perlindungan. Yang memberikan perlindungan, neutralizing antibody," tegas Prof Hindra.


"Kekebalan itu bukan cuma antibodi saja, ada kekebalan seluler yang biasanya diperiksa pada waktu clinical trial (uji klinis)," pambah Prof Hindra.


Lalu bagaimana para ilmuwan mengukur efektivitas vaksin Corona?

Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir dalam kesempatan yang sama membagikan pengalamannya sebagai relawan uji klinis. Menurutnya, rangkaian pemeriksaan antibodi dalam darah dilakukan beberapa kali, sebelum dan sesudah penyuntikan, baik vaksin maupun plasebo. Hasilnya, lalu dibandingkan.


"Kalau seandainya sekarang kita melakukan uji antibodi tersebut, mau dibandingkan dengan data apa?" jelas Honesti.


Tes antibodi yang beredar di pasaran tidak akurat dan tidak bermanfaat. Simak penjelasannya di halaman berikut.

https://maymovie98.com/movies/as-god/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar