- Comparitech meluncurkan 'Internet Censorship 2021: A Global Map of Internet Restrictions' dan merilis daftar negara yang disebut memiliki sensor online terburuk di dunia tahun 2021. Bagaimana posisi Indonesia?
Dalam studi eksplorasi ini, peneliti telah melakukan perbandingan antar negara untuk melihat negara mana yang memberlakukan pembatasan internet paling keras dan di mana warganya dapat menikmati kebebasan online paling banyak. Ini termasuk pembatasan atau larangan torrent, pornografi, media sosial, dan VPN, serta pembatasan atau penyensoran berat terhadap media politik. Studi ini melibatkan nama 181 negara.
"Kami menilai setiap negara berdasarkan lima kriteria, masing-masing bernilai dua poin. Satu poin diperoleh jika konten - torrent, pornografi, media berita, media sosial, VPN - dibatasi tetapi dapat diakses, dan dua poin jika dilarang sepenuhnya. Semakin tinggi nilainya, semakin banyak penyensoran," tulis peneliti dalam website Comparitech, Selasa (27/4/2021).
Negara dengan Sensor Online Terketat di Dunia
1. Korea Utara (10/10)
2. China (9/10)
3. Rusia (8/10)
4. Turkmenistan (8/10)
5. Iran (8/10)
6. Belarus (7/10)
7. Turki (7/10)
8. Oman (7/10)
9. Pakistan (7/10)
10. United Arab Emirates (7/10)
Sementara itu untuk negara terlonggar dari segi sensor ada banyak di antaranya New Zealand, Namibia, dan Liberia. Nah, Indonesia ada di posisi ke berapa dan memiliki skor berapa nih kira-kira, detikers?
Secara keseluruhan, bisa dibilang Indonesia masuk 20 besar negara dengan penyensoran terketat dengan skor 6/10. Berikut ini adalah penjelasan mengenai poin-poin per kategori:
https://indomovie28.net/movies/the-hidden-fortress/
Selama Pandemi, Penjualan Zyrex Naik 74%
Zyrexindo Mandiri Buana, produsen laptop dan berbagai produk dengan merk Zyrex, mencatatkan peningkatan penjualan 74% selama 2020.
Penjualan produk Zyrex meningkat 74% secara year on year, yaitu naik dari Rp 126,7 miliar pada 2019 menjadi Rp 223,4 miliar di 2020. Selain itu, laba bersih mereka juga naik 341,6% dari Rp 8,24 miliar di 2019 menjadi Rp 36,37 miliar di 2020.
Sementara itu laba bersih per saham atau earning per share naik dari Rp 16,81 di 2019 menjadi Rp 48,87 di 2020. Kenaikan ini menurut Zyrex melampaui target dan ekspektasi mereka, dan salah satunya terjadi karena kebiasaan baru masyarakat terkait pembelajaran dan bekerja dari jarak jauh selama pandemi yang terjadi sejak awal 2020.
"Meningkatnya kinerja keuangan ini terjadi karena kebiasaan baru Work From Home (WFH) dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia maupun seluruh dunia sejak awal tahun 2020," ujar Timothy Siddik, Direktur Utama Zyrex dalam keterangan yang diterima detikINET.
"Maraknya kebiasaan baru WFH dan PJJ tersebut, mengakibatkan pertumbuhan permintaan laptop dan komputer tablet khususnya bagi pada siswa-siswi yang sekolah. Saat ini, Indonesia memiliki 45 juta siswa-siswi dari SD sampai SMA/SMK, namun jumlah kepemilikan laptop secara individu masih sangat rendah," tambahnya.
Zyrex pun mendukung peningkatan kepemilikan laptop di masyarakat Indonesia lewat berbagai programnya. Salah satu produk yang dipakai untuk mendukung program tersebut adalah Chromebook yang mereka luncurkan beberapa waktu lalu.
Chromebook tersebut adalah M432 dan Chromebook 360, yang sudah memenuhi aturan TKDN lebih dari 40%, yang membuatnya menjadi produk wajib di pengadaan barang untuk kementerian/lembaga/perangkat daerah sesuai Perpres No. 12 Tahun 2021.
Karena itulah Zyrex meyakini kalau penjualan produk mereka akan tumbuh sampai 50% selama 2021 dibanding 2020. Dengan pertumbuhan laba bersih mencapai 20%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar