Beberapa hewan mamalia punya kemampuan luar biasa, yakni bernapas dengan usus. Para ilmuwan sedang mencari tahu apakah manusia juga bisa melakukannya.
Lho buat apa?
Selama pandemi COVID-19, banyak rumah sakit kehabisan ventilator. Alat bantu pernapasan ini sangat vital, bekerja dengan mendorong udara langsung ke paru-paru untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Agar tidak kewalahan saat kehabisan ventilator, para ilmuwan mencari cara baru memompakan oksigen ke dalam tubuh. Namun teknik yang ada saat ini, extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), berisiko memicu perdarahan dan pembekuan darah.
Dalam rangka mencari solusi baru, para ilmuwan mempelajari beberapa hewan air seperti timun laut dan ikan Misgumus anguillicandatus yang bisa bernapas dengan usus. Selama ini, tidak ada yang tahu bahwa mamalia juga punya kemampuan serupa.
"Kami awalnya mengamati model mencit untuk melihat apakah kita bisa memasukkan oksigen lewat anus," kata Takanori Takebe dari Tokyo Medical and Dental University, dikutip dari Livescience.
Dalam risetnya, para peneliti menempatkan mencit di lingkungan dengan oksigen rendah. Hasilnya, mereka hanya bertahan 11 menit. Dengan ventilasi atau bantuan napas lewat anus, 75 persen tikus bertahan hidup selama 50 menit!
Para ilmuwan lalu mencobanya lagi dengan oksigen cair yang dimasukkan jalur yang sama, kali ini pada tikus, mencit, dan babi. Hasilnya dinilai cukup menjanjikan.
Dalam publikasi di jurnal Med, para ilmuwan menyebut masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah pendekatan serupa cukup aman dan efektif pada manusia.
https://kamumovie28.com/movies/the-conspirators-3/
Tempat Wisata DKI Dipadati Warga, Waspada Penularan Corona di Kerumunan!
Sejumlah tempat wisata di DKI seperti Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan Taman Margasatwa Ragunan, dipadati warga saat libur Lebaran. Imbas hal ini, Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk menutup tempat tersebut.
"Terhitung mulai tanggal 16 Mei 2021 sampai tanggal 17 Mei 2021 agar melakukan penutupan sementara tempat usaha dalam rangka penguatan protokol kesehatan," tulis surat edaran yang ditandatangani oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Gumilar Ekalaya.
Penutupan ini dilakukan karena melihat tiga tempat wisata tersebut mengalami peningkatan pengunjung yang signifikan selama libur lebaran.
Risiko penularan Corona di kerumunan
Dalam perang melawan COVID-19, kerumunan masih menjadi musuh nomor 1. Bagaimanapun, menjaga jarak sosial adalah salah satu metode mengurangi penularan virus Corona.
Adanya kerumunan membuat kita tidak dapat memprediksi penyebaran virus.
"Persoalannya kita tidak tahu seseorang itu membawa virus atau tidak, sehingga menjadi masalah walaupun tidak bergejala ataupun bergejala," ujar Dr Sholah Imari, MSc, dari Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) beberapa waktu lalu.
Secara teori, kerumunan orang akan menjadi hotspot penularan virus. Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), virus Corona dapat menyebar di antara orang-orang yang melakukan kontak dengan satu sama lain, khususnya melalu droplet ketika batuk, bersin, dan berbicara.
Droplet ini dapat menyebar dan bisa saja terhirup oleh orang lain dan masuk ke dalam area pernapasan mereka sehingga menyebabkan infeksi.
Semakin banyak orang berkumpul di kerumunan dan semakin lama orang berinteraksi satu sama lain, semakin besar risiko penyebaran COVID-19.
Semakin tinggi tingkat penularan komunitas di daerah tempat keramaian akan semakin tinggi risiko penyebaran COVID-19 pada saat berkumpul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar