Selain wacana penutupan TN Komodo selama setahun, wacana kenaikan tiket masuk juga jadi buah bibir. Bahas tarif ini, KLHK akan libatkan stakeholder lain.
Beberapa waktu lalu warganet ramai membahas wacana kenaikan tiket masuk TN Komodo oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Dari yang tadinya Rp 5.000 untuk wisnus dan Rp 150 ribu untuk wisman, diwacanakan naik jadi USD 100 untuk wisnus dan USD 500 untuk wisman.
Wacana kenaikan tiket yang begitu tinggi itu pun langsung diprotes para pelaku wisata dan operator tur yang mencari nafkah dari wisata di TN Komodo.
Dalam rapat di lantai 8 ruang rapat Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) KLHK, Jakarta (6/2/2019), Dirjen KSDAE KLHK Wiratno beserta Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan NTT Alexander Sena serta sejumlah stakeholder terkait pun sempat bicara akan hal tersebut.
Tidak ingin terburu-buru, Dirjen KSDAE KLHK, Wiratno mengaku kalau pihaknya ingin bicara lebih dulu dengan para pemangku kepentingan. Sehingga akan ada titik temu yang dirasa adil bagi semua pihak.
"Pengkajian tentang tarif masuk ke TN Komodo segera dikoordinasikan dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan pelaku wisata. Kalau mau menaikkan entrance fee ada kaitan dengan Kemenkeu," ujar Wiratno.
Apabila wacana kenaikan tiket masuk tersebut jadi disahkan, tentu akan berdampak bagi jumlah wisatawan dalam dan luar negeri yang ingin berkunjung ke TN Komodo. Namun, dijelaskan oleh Wiratno kalau itu tak terlalu jadi masalah besar.
"Problemnya mass tourism atau limited tourism, tapi pemasukan masih besar karena tiket dibuat mahal," ujar Wiratno.
Lebih lanjut, Wiratno mengaku kalau pihaknya akan lebih dulu mengedepankan komunikasi. Tentunya ia tak ingin agar wacana tersebut jadi polemik yang berlarut-larut dan meresahkan banyak orang.
Turut hadir dalam rapat tersebut, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan NTT, Alexander Sena berujar kalau nantinya pendapatan dari kenaikan tiket masuk itu akan dikembalikan lagi untuk konservasi Komodo di taman nasional.
"Kalau misalnya ada pungutan itu akan kita pakai lagi untuk peningkatan konservasi agar lebih baik lagi hingga sampai hari ini kita belum punya target seperti apa yang akan kita capai. Harus melalui kajian-kajian ke depan," tutup Alexander.
Gua Unik di Pangandaran, Bisa Berbunyi Seperti Gamelan
Pangandaran punya gua yang batuannya menghasilkan bunyi merdu. Bunyinya mirip seperti alunan gamelan.
Wilayah Kabupaten Pangandaran dikenal dengan bentang karst yang memiliki gua-gua alami dan sungai bawah tanah yang menakjubkan. Ada salah satu gua unik yang mulai populer, Gua Sodong Goong namanya.
Kawasan Gua Sodong Goong bisa dicapai sekitar 90 menit perjalanan dari Pantai Pangandaran. Setelah berkelok dari jalan raya, wisatawan akan melalui suasana jalan desa di tengah kebun dan sawah yang memanjakan mata.
Keunikan gua di Dusun Kutakanyere, Desa Sindangsari, Kecamatan Cimerak ini adalah karater dinding batunya yang bisa mengeluarkan bunyi khas ketika dipukul. Jika dimainkan bersama-sama, bunyi yang dihasilkan begitu indah bak suara gamelan.
Seperti dalam video yang beredar di grup-grup WhatsApp warga, tampak sekelompok orang tengah memainkan instrumen gamelan alam ini sehingga menghasilkan musik yang unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar