Minggu, 07 Juni 2020

Studi: Golongan Darah A Berisiko Alami Kondisi Serius karena Corona

Para peneliti di Jerman menemukan golongan darah tertentu berisiko alami kondisi serius saat terkena virus Corona. Temuan yang belum dipublikasikan dalam jurnal ini menemukan dua poin dalam genom manusia yang dikaitkan dengan peningkatan risiko gagal napas pada pasien Corona.
Salah satu poinnya adalah gen yang menentukan golongan darah. Ditemukan, pasien dengan golongan darah A 50 persen lebih tinggi alami risiko serius karena Corona hingga membutuhkan oksigen atau menggunakan ventilator.

Para peneliti mengambil sampel darah dari 1.610 pasien Corona di rumah sakit Italia dan Spanyol yang membutuhkan oksigen atau harus menggunakan ventilator. Mereka mengekstraksi DNA dan memindainya menggunakan teknik yang disebut genotyping.

Mereka kemudian membandingkan temuan ini dengan 2.205 donor darah yang tidak memiliki virus Corona COVID-19. Kemudian mereka melihat DNA pasien COVID-19 untuk menentukan apakah mereka memiliki kode genetik yang sama.

Namun, Andre Franke, profesor kedokteran molekuler di University of Kiel dan penulis utama studi tersebut, mengatakan belum ada kepastian apakah golongan darah dengan kondisi serius ini benar-benar berkaitan. Para peneliti belum meyakini mengapa ada keterkaitan di antara golongan darah dan kondisi kritis pasien Corona.

"Kami belum bisa menguraikan apakah sebenarnya golongan darah itu yang menunjukkan risiko atau beberapa varian genetik yang terkait dengan golongan darah. Kami memperkirakan perlindungan 50 persen lebih tinggi untuk (golongan darah) O dan risiko 50 persen lebih tinggi untuk (golongan darah) A," kata Prof Franke, dikutip dari Telegraph UK, Minggu (7/6/2020).

Sementara itu, Sakthi Vaiyapuri, profesor di bidang farmakologi kardiovaskular di Reading University yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa kelompok darah yang berbeda memiliki antibodi yang berbeda. Hal ini dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa penyakit tetapi tidak pada yang lain.

"Mekanisme molekuler di balik golongan darah yang diperantarai perlindungan atau kerentanan untuk beberapa penyakit masih kurang dipahami," jelas Sakthi.

Pakar UI Ingatkan Gejala Pertama Corona Seperti Gangguan Pencernaan

Gejala virus Corona COVID-19 tak lagi batuk, demam atau sesak napas. Banyak gejala yang baru-baru ini ditemukan pada pasien Corona termasuk gangguan pencernaan.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD- KGEH, MMB, mengingatkan terkait gejala pencernaan yang ditemukan pada pasien-pasien virus Corona COVID-19. Termasuk pada pasien Corona di Indonesia.

"Dari data yang ada ternyata terdapat perbedaan dari gejala yang ditemukan pasien-pasien COVID-19 di China jika dibandingkan dengan pasien COVID-19 di Indonesia. Pada kasus-kasus di Indonesia demam hanya terjadi 80 persen sedang di China demam sampai 95 persen. Gangguan pencernaan lebih menonjol pada pasien Indonesia daripada pasien-pasien China," ungkapnya melalui pesan singkat kepada detikcom Sabtu (7/6/2020).

Berdasarkan penelitian dari China, Prof Ari menjelaskan sepertiga kasus COVID-19 yang ditemukan mempunyai keluhan diare. Pasien Corona datang dengan keluhan demam dan diare sementara gejala batuk dan sesak muncul setelahnya.

"Pada pasien yang mempunyai gejala pencernaan dan usus atau gastrointestinal, disertai diare, pada feses juga dapat ditemukan adanya virus COVID-19. Walaupun demikian sampai saat ini penyebaran virus COVID-19 ini belum terjadi secara fecal oral atau melalui makanan, seperti pada penyakit demam thypoid atau pada infeksi rotavirus pada saluran cerna," jelas Prof Ari.

"Tetapi ada catatan menarik, pada pasien yang gejala awalnya diare, hilangnya virus dari tubuh akan lebih lama dibandingkan pada pasien yang tidak mempunyai gejala gastrointestinal," pungkasnya.

Menurut Prof Ari hal ini perlu diwaspadai guna mengenali gejala awal Corona yang tidak terjadi pada infeksi paru. Terlebih jika pasien Corona sudah dirawat di rumah sakit namun tidak ditangani dengan perawatan khusus pasien COVID-19.

"Hal ini yang menjadi malapetaka buat petugas kesehatan baik dokter maupun merawat yang tidak mengantisipasi bahwa pasien dengan gejala awal bukan infeksi paru ternyata pada akhirnya mengalami infeksi COVID-19," ungkap prof Ari.
http://nonton08.com/pengabdi-setan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar