Sabtu, 02 Mei 2020

Google Meet Gratis, Para Pengguna Zoom Tertarik?

Mulai bulan Mei ini, Google mulai menggratiskan layanan video conference mereka untuk semua pemilik akun Google, yaitu Google Meet. Siap caplok pengguna Zoom?
Sebelumnya, untuk menggunakan Google Meet hanya dapat diakses orang-orang yang telah mendaftar untuk solusi korporasi, G Suite. Namun tampaknya seiring dengan meningkatnya kebutuhan meeting virtual, Google mengambil langkah tepat saat kondisi pandemi Corona saat ini.

Sebagai produk premium, tentunya Google Meet bisa menarik calon penggunanya dengan iming-iming seperti stabilitas dan kualitasnya dibandingkan dengan layanan gratis.

"Hari ini Google Meet, produk video conference premium kami gratis untuk semuanya selama beberapa pekan ke depan," ujar Vice President & GM G Suite Google Javier Soltero dikutip dari blog resmi Google, Jumat (1//5/2020).

Ya, Google sejauh ini hanya menggratiskan Google Meet dari Mei sampai 30 September 2020.

Layanan video call ini juga terbatas hingga 60 menit, lebih lama 20 menit dibandingkan Zoom. Begitu jumlah peserta video conference yang terlibat, yaitu sampai 100 orang.

Google Meet yang mana dahulunya dikenal dengan Google Hangouts Meet mencatatkan telah melewati 100 juta pengguna aktif harian dan menambah sekitar tiga juta pengguna baru setiap hari.

Angka tersebut masih belum ada apa-apa dengan Zoom yang sudah merengkuh pencapaian 300 juta pengguna aktif harian saat ini.

Layanan video conference lainnya juga ikut merasakan 'durian runtuh' selama pandemi Corona. Bulan lalu, pengguna aktif harian Skype naik 70% menjadi 40 juta.

Disinfektan Disemprot Langsung ke Orang, Ini Efeknya Bagi Pernapasan

Bilik disinfektan banyak disediakan di area perkantoran dan juga tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi orang. Namun, penggunaannya dianggap salah sasaran oleh dokter ahli paru.
"Penggunannya itu tidak tepat sasaran. Kalau pun yang disemprot orang yang sakit COVID-19 juga tidak meniadakan resiko penularan berikutnya," kata Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Rezki Tantular, SpP, pada detikcom, Senin (30/3/2020).

Menurut dr Rezki, orang tersebut bisa saja tetap menularkan virus itu ke orang yang sehat. Ini karena virus tersebut berada di dalam tubuh, bukan di permukaan tubuh pasien.

Selain itu, penggunaan bilik disinfektan ini juga bisa menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. dr Rezki mengatakan, muncul rasa seperti terbakar pada hidung, tenggorokan kering, bahkan bisa menyebabkan alergi pada beberapa orang.

"Dalam waktu yang singkat bisa langsung terasa (efeknya). Jadi, selain tidak efektif, itu (bilik disinfektan) juga punya dampak negatif ke tubuh," jelasnya.

Lalu bagaimana cara menangkal virus corona COVID-19? Saling menjaga jarak (physical distancing) dan sering mencuci tangan dengan sabun disebut-sebut sebagai cara paling efektif.

Kurang dari 7 Jam, 98 Orang Pasien Virus Corona Meninggal di New York

 Jumlah kematian akibat virus corona COVID-19 di New York, Amerika Serikat (AS), kian mengkhawatirkan. Bahkan pada Minggu (29/3/2020) kemarin, sebanyak 98 orang meninggal dunia hanya dalam waktu kurang dari tujuh jam.
Mengutip dari New York Post, terhitung dari pukul 09.30 sampai 16.15 waktu setempat, sebanyak 98 orang meninggal dunia dan terdapat 1.166 kasus baru virus corona. Hal ini menjadikan total kasus di New York mencapai 33.474 orang dan 776 di antaranya meninggal dunia.

Wali Kota New York, Bill de Blasio mengatakan kepada para warganya untuk lebih waspada karena kemungkinan terburuk dari virus corona bisa terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

"Kami akan melalui perjalanan yang sangat sulit," kata Blasio.

"April akan lebih buruk dari Maret, dan saya khawatir kalau Mei bisa menjadi lebih buruk lagi dari April. Kita akan menghadapi ini selama berminggu-minggu lamanya," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar