Jumat, 01 Mei 2020

Dokter Uji Hormon Wanita untuk Bantu Pria Sembuh dari Corona

Data dari berbagai belahan dunia melihat pasien wanita lebih mungkin untuk mengalami gejala ringan dan sembuh dari infeksi virus Corona COVID-19 dibandingkan pria. Hal ini membuat ilmuwan memikirkan kemungkinan pengaruh hormon terhadap kejadian infeksi.
Dikutip dari New York Times, tim dokter di dua negara bagian Amerika Serikat menguji teori tersebut dengan melakukan eksperimen menggunakan terapi hormon estrogen dan progesteron pada pasien pria. Kedua hormon ini sering disebut sebagai "hormon wanita" karena berperan dalam fungsi organ seksual wanita.

"Kami mungkin tidak bisa mengerti persis bagaimana estrogen bekerja terhadap COVID-19, namun kita bisa melihat bagaimana kondisi pasien," kata salah satu peneliti dr Sharon Nachman dari Stony Brook University seperti dikutip dari Live Science, Kamis (30/4/2020).

Mengapa peneliti berpikir ada pengaruh hormon dijelaskan karena studi sebelumnya melihat bahwa wanita hamil secara umum lebih tahan terhadap penyakit infeksi diduga akibat pengaruh estrogen dan progesteron.

Kelompok studi di Stony Brook University akan dilakukan pada 110 pasien yang minimal mengalami satu gejala parah infeksi COVID-19, seperti sulit bernapas, demam tinggi, hingga pneumonia. Sebagian pasien akan diberi koyo berisi hormon estrogen dan sebagian lainnya dirawat biasa sebagai kelompok kontrol.

Sementara itu studi di Cedars-Sinai akan dilakukan pada 40 pasien pria yang dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 dan dirawat dengan gejala ringan hingga sedang. Setengah dari pasien akan diberikan dua suntikan hormon progesteron setiap hari selama lima hari.

4 Alasan Vaksin Corona Butuh Waktu Lama untuk Ditemukan

 Vaksin Corona adalah salah satu hal yang paling dinanti-nantikan oleh banyak orang saat ini. Namun proses untuk menemukan vaksin Corona tersebut tidaklah sebentar. Mengapa butuh waktu lama untuk mendapatkan vaksin Corona?

Pada akhir April, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sendiri mengabarkan bahwa ada sekitar 71 vaksin Corona yang masih dalam tahap uji praklinis, dengan lima responden tambahan yang sudah dalam uji klinis.

Seperti dikutip dari Huffingtonpost, para ahli medis mengatakan bahwa setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 12 hingga 18 bulan sebelum vaksin tersebut dibagikan ke publik. Namun jika vaksin Corona berhasil ditemukan dalam jangka waktu tersebut, maka itu bisa menjadi penemuan vaksin tercepat dalam sejarah. Vaksin Ebola saja membutuhkan waktu lima tahun untuk dikembangkan.

Umumnya, pengembangan vaksin membutuhkan waktu setidaknya delapan hingga sepuluh tahun. Namun bukan tidak mungkin vaksin Corona juga bisa ditemukan dalam waktu yang lebih singkat, yaitu sekitar 12 hingga 18 bulan.

Lalu apa yang membuat penemuan vaksin membutuhkan waktu yang lama?
Menurut Kelvin Lee, seorang profesor teknik kimia dan biomolekuler di University of Delaware dan direktur National Institute untuk Inovasi dalam Pembuatan Biofarmasi, vaksin bukanlah pengobatan untuk orang yang sakit. Vaksin diberikan kepada orang yang sehat untuk mencegahnya agar tidak sakit, sehingga proses penemuannya sangat berbeda dengan obat-obatan. Berikut ini adalah beberapa tahapan yang perlu dilewati sebelum vaksin dibagikan ke publik:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar