Polisi menemukan 100 mayat ditumpuk di truk yang tidak didinginkan di luar rumah duka di Brooklyn, pada Rabu (29/4/2020) setelah adanya keluhan dari warga yang terus melaporkan adanya bau busuk di daerah tersebut. Pihak berwenang menemukan truk U-Haul tanpa pendingin yang digunakan untuk menyimpan mayat di depan Rumah Pemakaman Andrew T. Cleckley di Flatlands, Brooklyn, New York, Amerika Serikat.
Laporan ABC News menemukan ada sekitar 50 mayat yang disimpan di setiap truk karena fasilitas rumah duka kewalahan mengimbangi lonjakan jenazah yang luar biasa akibat wabah virus Corona. Polisi menemukan mayat-mayat tersebut telah mengalami pembusukan.
Pemilik rumah duka mengatakan kepada pejabat kota bahwa pendingin mereka berhenti bekerja dan terpaksa menggunakan truk sebagai penyimpanan sementara sembari menunggu proses pemakaman atau kremasi.
Seorang warga menuturkan sudah berminggu-minggu selalu ada truk di depan rumah duka tersebut. "Anda bisa mencium bau kematian," ujarnya.
Rumah duka di seluruh Kota New York telah kewalahan dalam beberapa pekan terakhir selama pandemi coronavirus. Mereka diharuskan menyimpan mayat yang menunggu penguburan atau kremasi dalam kondisi khusus agar mencegah infeksi.
Beberapa rumah duka terpaksa mendatangkan truk pendingin untuk karena tak ada lagi ruang yang tersisa untuk menyimpan mayat dengan benar.
Walikota Bill de Blasio menyebut situasi tersebut sama sekali tidak dapat diterima dan pemerintah akan mengambil langkah untuk mencegah insiden serupa kembali terjadi.
"Aku tidak tahu bagaimana rumah duka bisa membiarkan ini terjadi. Kenapa mereka tidak menginfokan dan pergi ke kantor polisi New York untuk meminta bantuan," tutur Blasio.
Jim Simsons, Si Jago Hitung Berharta 302 Triliun
Jim Simsons saat ini tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat, kekayaan bersih Jim mencapai US$ 21,6 miliar atau setara Rp 302,4 triliun (kurs Rp 14.000) dan menempatkannya di urutan 21 dalam daftar Forbes 400 dan ke-44 miliarder dunia.
Kekayaan Jim berasal dari perusahaan investasi yang ia dirikan Renaissance Technologies.
Mengutip CNBC, Jumat (14/2/2020), Jim meninggalkan dunia akademisi pada tahun 1978 atau saat berusia 40 tahun ketika akan terjun di dunia investasi. Ia merupakan seorang profesor dan ahli matematika.
Sebagai seorang ahli, Jim punya cara pandang yang berbeda dan mendasar soal pasar. Ia menitikberatkan pada data kuantitatif dan kemudian mendirikan Renaissance Technologies tahun 1982.
Berbekal ilmu matematika itu, Jim Simons membangun model komputer yang ia yakini dapat mengidentifikasi dan mengambil keuntungan dari pola pasar. Algoritmanya didasarkan pada data sejak 1700-an yang dapat mengambil keuntungan bahkan dari fluktuasi harga terkecil.
Metode itu terbukti berhasil dan membawa Jim pada kesuksesan. Bahkan, menempatkan dirinya bersaing dengan nama-nama investor legendaris seperti Ray Dalio, Warren Buffet dan George Soros.
Sejak tahun 1998, produk unggulannya Medallion Fund memberikan keuntungan sampai 66% setahun, atau 39% setelah dipotong biaya-biaya.
Namun, tak semuanya berjalan manis. Ada juga momentum seperti tahun 2007 di mana pengembalian investasi mengecewakan. Kemudian, ada juga perselisihan bertahun-tahun dengan Internal Revenue Service (IRS) mengenai masalah pajak.
Bukan hanya itu, perdagangan saham yang menjadi berbasis mesin kerap dipersalahkan karena membuat pasar cepat terbang dan cepat turun. Dari situ, pihak otoritas SEC menyatakan akan memantau jalannya perdagangan agar berjalan adil dan transparan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar