Rabu, 10 Juni 2020

Sepak Terjang dr Reisa, Jubir Baru COVID-19 yang Pernah Dalami Forensik

 dr Reisa Broto Asmoro kini ramai jadi perbincangan netizen semenjak ikut mendampingi dr Achmad Yurianto dalam perkembangan kasus Corona Indonesia. Tidak hanya parasnya yang cantik, dr Reisa juga ternyata punya segudang pengaman sebagai dokter, bahkan sempat terjun dalam dunia forensik.
dr Reisa Broto Asmoro kini diketahui telah resmi tergabung dalam Tim Komunikasi Gugus Tugas COVID-19. Seperti apa sih perjalanan dr Reisa dalam karirnya selama ini?

1. Terkenal sebagai presenter dr OZ Indonesia
dr Reisa Broto Asmoro mulanya dikenal sebagai presenter dr OZ Indonesia. Tepatnya di tahun 2014, pada program acara Trans TV.

2. Kuliah kedokteran
dr Reisa yang lahir pada 28 Desember 1985 di Malang memiliki nama asli Reisa Kartika Sari. Ia dikenal dalam layar kaca setelah menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan dan Universitas Indonesia.

3. Pernah terjun di dunia forensik
Siapa yang menyangka, dokter cantik satu ini sempat terlibat dalam dunia forensik. Setelah lulus, dr Reisa Broto Asmoro pernah bekerja sebagai tenaga medis forensik di RS Polri Raden Said Sukanto, Kramat Jati.

Tidak hanya itu, ia bahkan sempat menjadi salah satu anggota DVI (Disaster Victim Identification) yang salah satunya terlibat dalam proses investigasi korban Sukhoi dan beberapa bom terorisme di Jakarta.

4. Menikah di tahun 2012
dr Reisa menikah di tahun 2012. dr Reisa menikah oleh salah satu anggota keraton Solo, yaitu Kanjeng Tedjodiningrat Broto Asmoro. dr Reisa pun mendapatkan gelar Kanjeng Mas Ayu Tumenggung, namun dr Reisa lebih senang menuliskan namanya dengan Reisa Broto Asmoro mengikuti nama keluarga sang suami.

5. Aggota dan Pengurus PB IDI
dr Reisa Broto Asmoro juga masih masuk dalam Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Beliau masih menjabat sebagai anggota bidang Keseketariatan, Protokoler, dan Public Relation Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).

6. Bagian dari Tim Komunikasi Gugus Tugas COVID-19
Terakhir, seperti yang diketahui belakangan ini, dr Reisa Broto Asmoro resmi tergabung dalam Tim Komunikasi Gugus Tugas COVID-19 bersama dengan dokter Achmad Yuri. Keduanya bahu-membahu memberikan informasi dan edukasi kepada publik. Dengan tetap disiplin menggunakan masker, menjaga jarak fisik, mencuci tangan, dan tidak berkumpul.

Riset: Virus Corona Lebih Cepat Hilang di Permukaan Saat Cuaca Panas

Meskipun tidak ada bukti cuaca panas dapat menghentikan penyebaran virus Corona, studi baru menemukan cuaca panas membuat virus Corona tidak bertahan lama di permukaan. Mengapa begitu?
Mengutip Healthline, penelitian baru yang diterbitkan 8 Juni dalam jurnal Physics of Fluids meneliti berapa lama waktu percikan atau droplet yang terkontaminasi bertahan di berbagai permukaan. Ini dilakukan di enam kota di seluruh dunia dalam kondisi cuaca berbeda untuk memahami daerah mana yang paling berisiko.

"Termotivasi oleh pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, kami melakukan penelitian ini untuk memahami berapa lama percikan atau droplet di permukaan karena kita tahu virus Corona COVID-19 menyebar melalui droplet ini," jelas penulis studi Rajneesh Bhardwaj, PhD, dan profesor di Institut Teknologi India di Mumbai, mengatakan kepada Healthline.

"Percikannya bisa dikeluarkan dari mulut atau hidung jika batuk, bersin, atau bahkan berbicara," katanya.

"Ukuran mereka seperti ukuran lebar rambut manusia," jelasnya.

Ia menjelaskan permukaan ini termasuk yang paling sering disentuh, seperti pegangan pintu bahkan hingga layar handphone. Hasilnya ditemukan, pada beberapa negara dengan cuaca panas, virus Corona lebih cepat hilang dari permukaan.

Selain itu, Bhardwaj dan timnya menganalisis waktu droplet bisa hilang dalam berbagai kondisi cuaca di luar ruangan untuk mengetahui apakah data ini terhubung ke tingkat pertumbuhan pandemi. Mereka menemukan bahwa di kota-kota yang mengalami peningkatan kasus lebih besar, waktu hilangnya virus Corona di permukaan memakan waktu lebih lama.

"Kami sedikit terkejut, karena tampaknya ada korelasi antara cuaca di luar ruangan dan tingkat pertumbuhan virus Corona COVID-19. Di satu sisi, itu bisa menjelaskan pertumbuhan infeksi yang lambat atau cepat di kota tertentu. Mungkin itu adalah salah satu faktor dalam menentukan tingkat pertumbuhan," kata Bhardwaj.

Menurut temuan penelitian, kemungkinan SARS-CoV-2 bertahan di permukaan lebih 5 kali lebih lama dalam lingkungan yang lembab. Dibandingkan dengan tempat yang kering dan suhu yang lebih tinggi karena dapat membunuh virus Corona lebih cepat.
http://nonton08.com/top-model-good-horse-riding-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar