Jumat, 12 Februari 2021

Di Tengah Heboh Aisha Weddings, BKKBN Ungkap Data Kehamilan Usia Remaja

 Kontroversi nikah dini mencuat lagi gara-gara heboh wedding organizer Aisha Weddings. Kampanye nikah usia 12 tahun yang diusungnya tengah jadi sorotan, sedangkan fenomena perkawinan anak memang menjadi masalah tersendiri selama ini.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG menjelaskan, pernikahan di usia muda berpotensi menimbulkan masalah sosial mulai dari kondisi ekonomi, hingga ketidakharmonisan keluarga.


Menurut data, penyebab terbanyak kasus perceraian adalah pertengkaran, dan banyak menimpa kelompok usia 20 - 24 tahun dengan usia pernikahan kurang dari 5 tahun. Pasalnya, pasangan berusia muda tersebut cenderung belum siap menjalani kehidupan berkeluarga.


"Kesiapan psikologis sangat dalam memasuki kehidupan perkawinan agar pasangan siap dan mampu menghadapi berbagai masalah yang timbul dengan cara yang bijak," terangnya dalam laporan resmi, Rabu (11/2/2021).


Ia turut menjelaskan, kesiapan psikologis adalah kesiapan individu dalam menjalankan peran sebagai suami atau istri meliputi pengetahuan tentang tugas masing-masing dalam berumah tangga, serta kesiapan mental, perilaku, perasaan, pikiran dan sikap.


Wanita diasumsikan siap menikah dalam rentang usia 20 sampai 36 tahun. Selain kesiapan psikis, pada usia tersebut pula tubuh wanita idealnya sudah siap untuk hamil dan melahirkan.


Di Indonesia, angka hamil di usia dini cenderung menurun dari tahun ke tahun. Meskipun, penurunannya tergolong lambat.


"Ada 36 per 1000 perempuan berusia 15 sampai dengan 19 tahun yang sudah hamil dan melahirkan. Angka ini dari tahun ke tahun cenderung menurun meskipun lambat," terang dr Hasto pada detikcom.

https://kamumovie28.com/movies/vampires-kiss/


Kanker pada Anak Tak Selalu Genetik, Gaya Hidup Ortu Juga Bisa Jadi Pemicu


Meski tidak melakukan pola hidup yang berbahaya, anak-anak memiliki risiko kanker yang sama dengan orang dewasa. Bukan hanya dipengaruhi faktor genetik, kasus kanker pada anak rupanya bisa disebabkan gaya hidup keluarga yang tanpa disadari, memicu pertumbuhan kanker.

Dokter spesialis anak Agung Ngurah Ketut Putra Widnyana, Sp.A (K) menjelaskan, kanker pada anak ibarat miniatur orang dewasa. Sama-sama memerlukan penanganan tepat, namun dipicu oleh faktor berbeda.


Pada orang dewasa, besar kemungkinan kanker disebabkan pola hidup yang buruk seperti merokok atau sering minum minuman keras. Pada anak, kanker biasanya dipicu oleh faktor genetik atau keturunan keluarga.


Akan tetapi, kasus kanker pada anak sebenarnya tidak terlepas dari pola hidup dan lingkungan. Meski memang ada potensi genetik, lingkungan dan keluarga bisa menstimulasi pertumbuhan kanker.


"Genetik itu kan beda-beda. Genetik sejak lahir muncul, ini (kanker) tidak. Dia seperti membawa bibit, kemudian dia akan distimulasi oleh perilaku yang tidak baik seperti terpapar rokok, atau sering terpapar penyebab kanker pada anak lingkungan tidak sehat, infeksi, terkena virus, atau dia hidup di lingkungan pertanian yang sensitif dengan pestisida," terang dr Agung dalam talkshow "Waspada dan Kenali Kanker Anak Sejak Dini" oleh radio Kementerian Kesehatan, Kamis (11/2/2021).


Dr Agung menambahkan, kanker pada anak bisa dipicu oleh ibu yang merokok sejak anak masih dalam kandungan. Faktor-faktor seperti inilah yang memicu pertumbuhan kanker pada anak meski tidak terlihat memiliki pola makan atau kebiasaan berbahaya.


Pemicu kanker pada anak juga bisa berupa jajanan yang dikonsumsi tanpa pengawasan orang tua. Pasalnya, jajanan menarik bagi anak di luar rumah sering kali bersifat karsinogenik atau memicu kanker.


"Hindari makanan yang terlalu mencolok warnanya, lebih baik bawa makanan dari rumah. Semua kita yang kerjakan, kebersihan kita yang jaga," pungkas dr Agung.

https://kamumovie28.com/movies/midnight-man-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar