Jadi atlet esports bukannya harus mengorbankan pendidikan. Buktinya, banyak yang tetap mengejar sekolah meskipun sudah menjadi pro player.
Memang banyak kasus para pro player akhirnya meninggalkan sekolah demi menjadi mengejar karir. Bukannya tidak baik, tapi sebenarnya kedua hal tersebut bisa dilakukan bersamaan.
Seperti kelima pro player yang akan dibahas kali ini. Meskipun sibuk menjalani profesi sebagai atlet esports profesional, mereka juga bisa tetap menjalani pendidikan. Tak hanya itu, mereka bahkan tetap bisa mencetak prestasi di skena kompetitif. Siapa saja mereka?
1. Eldin 'Celiboy' Rahardian - Alter Ego
Sang pemenang dari MPL Invitational ini adalah salah satu carry muda yang paling diwaspadai. Setiap penampilannya selalu membuat para penonton kagum karena dirinya adalah salah satu pro player dengan mekanik tinggi. Di usia yang baru menginjak umur 17 tahun, Celiboy sudah mencetak banyak prestasi selama berkarier menjadi punggawa dari Alter Ego.
Prestasi yang tidak kalah mengagumkan adalah, di tengah kesibukan menjadi seorang pro player, Celiboy tidak meninggalkan pendidikan. Dirinya menjalani home schooling yang jadwalnya disesuaikan dengan latihan di tim. Dengan begitu, kedua hal tersebut bisa dijalani olehnya tanpa hambatan.
Selain Celiboy, ada satu nama lagi yang langsung gemilang pada debutnya, yaitu RRQ Alberttt. Cowok berusia 17 tahun ini merupakan pemegang peran carry di tim RRQ Hoshi. Perjalanannya di kancah profesional terbilang mulus. Selepas tampil di MDL Season 2, RRQ Alberttt langsung ditarik ke divisi utama dan ternyata dirinya bisa membantu kemenangan RRQ Hoshi di ajang MPL Season 6.
Meskipun terbilang sukses sebagai pro player, RRQ Alberttt tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang murid dari sebuah home schooling. Di umur yang sangat muda, RRQ Alberttt punya manajemen waktu yang baik. Dalam seminggu, dirinya membagi jadwal latihan dan belajar di tempatnya mengenyam pendidikan.
3. Jeremy 'Tibold' Yulianto - Onic Esports
Mantan pro player ini sempat diperbincangkan karena berhasil tembus menjadi pelatih tim nasional Mobile Legends untuk ajang SEA Games 2019. Kualitas pengamatannya tidak perlu diperbincangkan lagi. Bahkan, ONIC Esports sampai meminangnya menjadi pelatih.
Bisa dibilang prestasinya selama menjalani karier di ranah kompetitif cukup gemilang. Akan tetapi, dirinya memilih hengkang dari tim dan izin untuk melanjutkan sekolah. ONIC Esports pun melepas Tibold dengan sebuah video farewell di kanal Youtube resmi mereka.
https://maymovie98.com/movies/revenge-3/
Pembelaan Penimbun PS5: Kami Cuma Perantara
Calon pembeli PlayStation 5 (PS5) yang selalu kehabisan stok konsol baru Sony tersebut mungkin saat ini punya satu musuh besar, yaitu penimbun PS5 yang menjual kembali konsol tersebut dengan harga tinggi.
Namun mereka, atau setidaknya salah seorang dari mereka, ternyata tidak merasa bersalah karena menimbun PS5, dan menganggap praktik penimbunan tersebut adalah industri yang sangat berharga.
Dilansir Forbes, Senin (15/2/2021), seorang penimbun PS5 bernama Jordan menyuarakan kekecewaannya itu, yaitu kenapa 'profesi' mereka selalu dijelek-jelekkan.
Jordan adalah pendiri sebuah komunitas di Inggris yang memberikan akses pada bot untuk anggotanya yang membayar. Bot ini bisa dipakai untuk membeli produk secara online, dalam hal ini tentu produk yang langka dan cepat habis stoknya. Tujuannya apalagi selain bisa menjual kembali produk tersebut dengan harga yang sangat tinggi.
Ia pun merasa apa yang dilakukannya ini hanyalah menjadi seorang perantara untuk produk yang jumlahnya terbatas.
"Sangat banyak pemberitaan buruk terhadap industri yang sangat berharga ini, dan saya tidak merasa ini sebuah justifikasi, karena yang kami lakukan ini hanya menjadi perantara untuk produk yang kuantitasnya terbatas," ungkap Jordan.
Jordan mengaku bisa membeli 25 PS5 selama Januari dengan menggunakan bot tersebut, dan menjualnya kembali dengan harga 700 poundsterling per unit, alias keuntungannya mencapai 250 poundsterling per unit (harga PS5 di inggris adalah 450 poundsterling).
Praktik penimbunan ini menurut Jordan tak ada bedanya dengan peternak yang menjual susu ke supermarket. Dan menurutnya hampir di setiap bisnis selalu ada perantara.
"Misalnya Tesco (jaringan supermarket) membeli susu dari peternak seharga 26 pence per liter dan menjualnya kembali dengan harga 70 pence per liter. Tak ada yang mengkomplain hal itu," tambahnya.
Meski mungkin itu adalah perbandingan yang (terlihat) pas, ada satu hal penting yang dilupakan Jordan. Pasukan bot Jordan memborong habis semua stok konsol PS5 yang ada di toko online, alhasil tak ada pembeli biasa yang bisa membeli PS5 dari toko tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar