Otoritas China tidak terima atas tuduhan dari pejabat Amerika Serikat bahwa pihaknya menutupi dan menyembunyikan fakta penting mengenai wabah virus Corona dari penyelidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Seorang juru bicara Kedutaan Besar China di AS menanggapi pernyataan Gedung Putih tentang investigasi WHO di Wuhan dan menyatakan AS merusak kerja sama internasional terkait COVID-19.
"Pihak AS diharapkan berpegang teguh pada standar tertinggi, mengambil sikap yang serius, sungguh-sungguh, transparan dan bertanggung jawab, memikul tanggung jawab yang semestinya, mendukung pekerjaan WHO dengan tindakan nyata, dan memberikan kontribusi yang semestinya pada kerja sama internasional terkait COVID-19. Seluruh dunia melihat ini," tulis kedubes China dikutip dari The Guardian.
Pihak AS sendiri sebelumnya mempertanyakan hasil penyelidikan asal usul COVID-19 yang dilakukan tim WHO di Wuhan. Penasihat keamanan nasional Jake Sullivan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sangat penting bahwa laporan itu independen dan bebas dari "perubahan oleh pemerintah China".
"Untuk lebih memahami pandemi ini dan bersiap untuk pandemi berikutnya, China harus menyediakan datanya sejak hari-hari paling awal wabah. Ke depan, semua negara, termasuk China, harus berpartisipasi dalam proses yang transparan dan kuat untuk mencegah dan menangani keadaan darurat kesehatan sehingga dunia belajar sebanyak mungkin secepatnya," kata Sullivan.
Seperti yang diberitakan, tim penyidik WHO telah menghabiskan empat pekan di China sebagai bagian dari misi untuk mencari asal usul COVID-19. Tim WHO mengatakan bahwa kasus COVID-19 kemungkinan besar muncul pada hewan yang kemudian ditularkan pada manusia dan tidak mungkin dibuat di laboratorium Wuhan.
https://movieon28.com/movies/zoom/
Positif Corona, Bagaimana Pengobatan Ashanty yang Punya Autoimun?
Ashanty menyampaikan kabar dirinya positif virus Corona COVID-19 pada Senin (15/02/2021). Melalui unggahan Instagram Stories miliknya @ashanty_ash, ia mengaku positif Corona dan merasakan gejala sesak napas.
"Terakhir swab tanggal 8 Februari negatif, Sabtu kemarin antigen negatif. Dan semalam tiba-tiba meriang, flu, batuk, panas tinggi, sesak napas," tulis Ashanty dalam Instagram Stories miliknya.
Sebelum terpapar Corona, Ashanty sebelumnya pernah menceritakan dirinya didiagnosis dengan penyakit autoimun.
Lalu apakah pengobatan untuk pasien autoimun sama dengan yang lainnya?
Ahli alergi dan imunologi Prof Dr dr Iris Rengganis, SpPD-KAI menjelaskan, jika seseorang dengan kondisi autoimun dengan yang tidak memiliki kondisi autoimun, pengobatanya akan berbeda.
"Berbeda, jelas berbeda, orang autoimun tergantung juga ada beberapa yang diperlukan pemberian obat yang menekan imun sistemnya. Misalnya masih memerlukan obat-obat untuk menurunkan sistem imunnya ya berarti dia harus hati-hati, karena dia belum tentu bisa divaksinasi," jelas Prof Iris, saat dihubungi detikcom, Senin (15/02/2021).
Prof Iris menyebut mereka dengan riwayat autoimun juga berisiko mengembangkan gejala yang berat, terlebih jika pasien masih dalam fase minum obat yang menekan sistem imunnya. Bagi pasien COVID-19 dengan riwayat autoimun yang masih dalam pengobatan, maka obat untuk gejala autoimunnya harus dihentikan sementara.
"Kita harus hentikan, karena kalau kita teruskan, nanti infeksinya jalan terus karena obat-obatnya menekan imun sistemnya, sementara dia butuh imun sistem yang kuat. Usahakan orang dengan kondisi autoimun ini tidak terkena Corona," jelas prof Iris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar