Beberapa pasien COVID-19 melaporkan mengalami sesak napas, kelelahan, sakit kepala, dan brain fog selama berbulan-bulan sampai setahun pasca sembuh. Hal ini membuat para ahli medis global bekerja untuk mendiagnosis dan merawat mereka yang mengalami kondisi yang disebut long Covid.
Terkait hal itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengadakan pertemuan dengan pasien, dokter, dan pemangku kepentingan pada pekan lalu. Ia mengatakan bahwa pasien COVID-19 bisa mengalami gejala yang menetap.
"Penyakit ini mempengaruhi pasien COVID-19 yang parah dan ringan. Tantangannya adalah pasien dengan COVID-19 yang lama bisa memiliki berbagai gejala berbeda, yang bisa menetap atau datang dan pergi," kata Tedros yang dikutip dari CNBC International, Senin (15/2/2021).
Pertemuan ini ditujukan untuk membuat deskripsi klinis yang disepakati dari kondisi tersebut, agar dokter bisa mendiagnosis dan merawat pasien secara efektif. Tedros mengingatkan kemungkinan akan banyak yang mengalami gejala menetap ini.
Studi terkait long Covid
Salah satu studi tentang long Covid ini dipublikasi pada awal Januari 2021 di MedRxiv, yang melaporkan banyak pasien COVID-19 yang sakit berkelanjutan setelah terinfeksi. Ini ditemukan dalam survei lebih dari 3.700 orang yang berusia 18-80 tahun di 56 negara.
Gejala yang paling sering dialami setelah enam bulan adalah kelelahan, kelelahan setelah berolahraga, dan disfungsi kognitif atau sering disebut sebagai brain fog.
"Kami benar-benar tidak tahu apa yang menyebabkan gejala ini. Itu adalah fokus utama dari penelitian saat ini," jelas profesor di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai Dr Allison Navis.
"Ada pertanyaan apakah ini adalah sesuatu yang unik untuk COVID-19 itu sendiri- dan virus COVID-lah yang memicu gejala-gejala ini, atau apakah ini menjadi bagian dari sindrom pasca-virus secara umum," lanjutnya.
Selain long Covid, Dr Navis mengatakan para ahli juga melihat gejala jangka pendek yang sama setelah infeksi virus lainnya.
Pada studi lainnya yang dipublikasi di The Lancet Januari lalu, melaporkan setidaknya ada 76 persen pasien COVID-19 yang mengalami setidaknya satu gejala dalam enam bulan setelah infeksi pertama. Hal ini lebih banyak ditemukan pada wanita.
"Kami menemukan bahwa kelelahan atau kelemahan otot, kesulitan tidur, dan kecemasan atau depresi adalah hal biasa, bahkan pada 6 bulan setelah gejala muncul," tulis studi tersebut.
Dr Kathleen Bell, seorang profesor di University of Texas Southwestern Medical Center mengatakan gejala klinis long Covid di tempatnya bekerja sudah terjadi pada April 2020. Ia mengatakan, banyak ahli yang diterjunkan untuk mengobati kelemahan otot, penyakit terkait jantung, dan brain fog bagi mereka yang mengalami gangguan mental.
https://movieon28.com/movies/orange-2/
China Meradang, Tak Terima Dituduh AS Tutupi Fakta Penting Corona dari WHO
Otoritas China tidak terima atas tuduhan dari pejabat Amerika Serikat bahwa pihaknya menutupi dan menyembunyikan fakta penting mengenai wabah virus Corona dari penyelidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Seorang juru bicara Kedutaan Besar China di AS menanggapi pernyataan Gedung Putih tentang investigasi WHO di Wuhan dan menyatakan AS merusak kerja sama internasional terkait COVID-19.
"Pihak AS diharapkan berpegang teguh pada standar tertinggi, mengambil sikap yang serius, sungguh-sungguh, transparan dan bertanggung jawab, memikul tanggung jawab yang semestinya, mendukung pekerjaan WHO dengan tindakan nyata, dan memberikan kontribusi yang semestinya pada kerja sama internasional terkait COVID-19. Seluruh dunia melihat ini," tulis kedubes China dikutip dari The Guardian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar