Aplikasi pengeditan bentuk tubuh yang diiklankan di TikTok dan Instagram memicu banyak anak muda, terutama perempuan, menderita gangguan makan.
Iklan ini biasanya menunjukkan bagaimana sebuah aplikasi dapat digunakan untuk mengubah tampilan bagian tubuh tertentu, misalnya membuat pinggang lebih ramping atau menambah otot.
Sejumlah yayasan amal yang berfokus mengurusi masalah gangguan makan melayangkan kritik keras. Menurut mereka, perusahaan teknologi harus mempertimbangkan dampak aplikasi semacam ini pada orang-orang yang rentan.
"Perusahaan media sosial perlu menghentikan akun-akun, iklan, dan aplikasi semacam itu, dan juga menghentikan upaya penyebaran pesan yang tidak sehat dan sangat tidak membantu," kata juru bicara Hope Virgo, yayasan yang mengkampanyekan isu gangguan makan, dikutip dari BBC, Rabu (31/3/2021).
Disebutkan Hope Virgo, dalam beberapa tahun terakhir, mereka melihat adanya peningkatan angka orang yang mengalami gangguan makan secara signifikan. Meski gangguan makan tidak selalu disebabkan citra tubuh yang buruk, menurut mereka ada beberapa hubungan intrinsik, salah satunya konten di media sosial.
"Faktanya TikTok dan Instagram saat ini mengiklankan aplikasi pengedit bentuk tubuh yang dicitrakan sempurna yang akan memicu epidemi gangguan makan ini lebih jauh," ujar mereka.
Data lain yang diungkap yayasan Seed mengatakan, ada peningkatan sebesar 68% pada anak-anak dan remaja berusia antara 10-19 tahun yang mencari bantuan terkait gangguan makan sejak terjadinya pandemi.
Merespons hal ini, TikTok membela diri dengan mengatakan bahwa aplikasi tersebut tidak melanggar pedoman periklanan. Meski demikian, aplikasi jejaring sosial asal China ini menambahkan pihaknya akan meninjau ulang kebijakannya, dan berupaya untuk terus mendukung lingkungan yang positif bagi tubuh.
TikTok juga mengklaim, tahun lalu mereka melarang banyak iklan aplikasi diet dan puasa yang tidak sehat serta konten yang mempromosikan suplemen penurun berat badan.
https://movieon28.com/movies/thirteen-erotic-ghosts/
Ponsel LG Terancam Mati, Jadi Ingat Nokia dan BlackBerry
Persaingan di bisnis ponsel memang sangat keras, dari dulu sampai sekarang. Vendor yang saat ini kepayahan dan kemungkinan akan tutup adalah LG. Nasib ponsel LG pun mengingatkan pada Nokia dan BlackBerry di masa silam.
Seperti dikutip detikINET dari GSM Arena, Rabu (31/3/2021) media Korsel telah melaporkan jika LG sudah berdiskusi dengan perusahaan peminat seperti Vingroups asal Vietnam sampai Volkswagen. Namun negosiasi gagal karena harga dianggap kemahalan, padahal pangsa pasar ponsel LG saat ini tinggal 1% secara global.
Maka kemungkinan tinggal satu opsi yang dilakukan, yaitu menutup divisi ponsel LG yang terus merugi bertahun-tahun lamanya. Keputusan final kemungkinan akan diambil bulan April dan diumumkan pada karyawan. Jika benar kejadian, karyawan akan dipindahkan ke divisi yang lain.
Terbenamnya produsen ponsel bukanlah hal baru. Bahkan Nokia dan BlackBerry yang di zaman dahulu lebih berjaya dibandingkan dengan LG pun pernah mengalaminya.
Sebelum kedatangan iPhone, Nokia adalah vendor ponsel paling diminati, termasuk di Indonesia. Tapi pada tahun 2009, jelas bahwa iPhone telah merevolusi industri smartphone dengan layar sentuhnya yang inovatif.
Kemudian Google memperkenalkan sistem operasi Android. Salah satu pengadopsi pertamanya adalah Samsung, saingan utama Nokia. Perlahan tapi pasti, Nokia pun ketinggalan, tapi tetap ngotot memakai sistem operasi Symbian.
Bukannya mengadopsi Android, petinggi Nokia memutuskan menggunakan Windows Phone yang belum teruji popularitasnya. Langkah itu akhirnya menjadi blunder sehingga Nokia terpuruk, bahkan divisi ponsel Nokia dijual murah ke Microsoft. Saat ini, Nokia telah cukup berkibar di tangan HMD Global walaupun tidak mencapai kejayaan seperti dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar