Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan euforia usai vaksinasi sudah mulai terlihat di beberapa daerah. Jika dibiarkan, lonjakan kasus COVID-19 bisa terjadi.
"Kita mengamati euforia ini juga sudah mulai terlihat. Beberapa daerah sudah mulai melonggarkan protokol kesehatan," kata Menkes dalam konferensi pers Sekretariat Presiden, Senin (26/4/2021).
Menkes menegaskan vaksinasi tak membuat seseorang 100 persen kebal terhadap infeksi virus Corona. Abai terhadap protokol kesehatan dan lengah, bisa memicu lonjakan kasus seperti yang terjadi di India.
India mengalami tsunami COVID-19 dan rekor kasus harian selama 4 hari berturut-turut yang salah satunya dilatarbelakangi ketidakwaspadaan dan merasa program vaksinasi yang dilakukan sudah sukses.
Menkes mewanti-wanti jangan sampai masyarakat Indonesia terlalu terburu-buru menganggap pandemi Corona telah usai dan merasa aman setelah divaksinasi.
"Kami ingatkan sekali lagi tolong jaga prokes. Jangan sampai kerja keras yang kita lakukan, kembali rusak karena kita terlalu terburu-buru, grasa grusu, tidak eling dan waspada," paparnya.
https://nonton08.com/movies/takedown/
Waspada Varian Penyebab Tsunami COVID-19 India, Menkes Awasi 3 Provinsi Ini
Kondisi gelombang 'tsunami' COVID-19 di India yang memprihatinkan disebut-sebut salah satunya disebabkan oleh varian baru. Ada dua varian yang jadi perhatian yaitu B117 yang berasal dari Inggris dan B1617 yang merupakan varian lokal, keduanya dianggap bersifat lebih mudah menular.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan bahwa salah satu varian tersebut, B117, sudah terdeteksi di Indonesia pada awal Maret lalu. Seluruh pihak diimbau harus ekstra waspada agar jangan sampai kejadian seperti di India juga terjadi di Indonesia.
Hingga saat ini sudah ada 10 kasus varian B117 yang terdeteksi. Sebanyak 6 kasus merupakan kasus impor alias terjadi pada orang yang baru datang dari luar negeri, sementara empat lainnya diketahui merupakan penularan lokal.
"Nah ini yang perlu kita jaga. Dua di Sumatera, satu di Jawa Barat, dan satu di Kalimantan Selatan," kata Menkes Budi usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi.
"Jadi untuk provinsi-provinsi di Sumatera, Jawa Barat, dan Kalimantan kita akan lebih hati-hati selalu mengontrol. Apakah ada mutasi baru tersebut atau tidak," lanjutnya seperti dikutip dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (26/4/2021).
Indonesia saat ini sudah membatasi pintu masuk warga negara asing (WNA) yang memiliki riwayat perjalanan dari India. Sementara untuk warga negara Indonesia (WNI) yang dari India, mereka diwajibkan karantina selama 14 hari terlebih dahulu.
Jangan Lengah! Euforia Usai Vaksinasi Malah Berisiko Lonjakan Kasus COVID-19
Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah berjalan lebih dari 3 bulan sejak dimulai pada 13 Januari lalu. Saat ini sudah ada lebih dari 11 juta orang yang mendapat dosis pertama vaksin COVID-19.
Vaksinasi adalah salah satu cara untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok untuk mengentaskan penyakit. Namun butuh sekitar 70 persen penduduk yang divaksin untuk mendapatkan kekebalan tersebut.
Penting untuk diingat bahwa vaksin bukan berarti akan terbebas sepenuhnya dari risiko terinfeksi Corona. Sebab sampai saat ini belum ada vaksin yang 100 persen terbukti bisa mengurangi penularan.
Tidak sedikit yang akhirnya lengah dan akhirnya merasa kebal usai divaksinasi, sehingga membuat kasus COVID-19 melonjak. Seperti yang terjadi di India, setelah disebut-sebut hampir mencapai herd immunity, mereka lengah dan melonggarkan protokol kesehatan sehingga berujung pada 'tsunami COVID-19' di negara tersebut.
1. Klaster perkantoran di DKI
Di Indonesia, diperkirakan klaster perkantoran di DKI melonjak akibat euforia usai vaksinasi. Pemprov DKI Jakarta mengungkap jumlah kasus konfirmasi COVID-19 pada klaster perkantoran dalam seminggu terakhir mengalami kenaikan yang cukup banyak.
"Sebagian besar kasus konfirmasi COVID-19 di perkantoran terjadi pada perkantoran yang sudah menerima vaksinasi COVID-19. Meski sudah mendapatkan vaksinasi, bukan berarti seseorang akan 100 persen terlindungi dari infeksi COVID-19," tulis Pemprov DKI.
Pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyoroti para pekerja yang 'lengah' dan mulai mengadakan pertemuan offline usai vaksinasi. Kebijakan work from home (WFH) juga sudah semakin ditinggalkan.
"Ada saya melihat, karena juga melihat banyak juga pertemuan dilakukan secara offline, kemudian juga banyak juga statement-statement yang sampai pada saya mengatakan sudah vaksin 'sudah yuk kita jalan' dan sebagainya. Nah ini artinya ada masalah strategi komunikasi yang tidak tepat," kata Dicky.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar