Jumat, 23 April 2021

Pernah Kena Malaria, Bisakah Disuntik Vaksin Corona?

 Di tengah pandemi Corona, penyakit malaria juga belum teratasi. Pasalnya, beberapa wilayah belum berhasil mengeliminasi penyakit malaria, terutama di bagian Indonesia wilayah timur.

Namun, seiring berjalannya vaksinasi COVID-19, bisakah pengidap malaria menerima vaksin Corona?


Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Didik Budijanto, pengidap malaria yang sudah dalam kondisi bebas parasit tentu boleh menerima vaksin COVID-19.


"Sejauh yang saya pahami tentu saja penderita malaria yang sudah sembuh dan tidak ada parasit lagi di dalam darah dan memenuhi kriteria untuk divaksin COVID-19 maka ya bisa dvaksin," tuturnya dalam Press Briefing Hari Malaria Sedunia 2021, Jumat (23/4/2021).


Malaria menjadi salah satu penyakit endemik di Indonesia. Di tengah pandemi Corona, tren kasus malaria dilaporkan menurun namun di rentang 2014 hingga 2020 ada kecenderungan stagnan.


Didik mengungkap ada 23 kabupaten/kota yang masih masuk kategori wilayah endemis tinggi. Hal ini menjadi tantangan pemerintah untuk mencapai eliminasi malaria di 2030 mendatang.


Meski begitu, ada beberapa wilayah yang sudah berhasil eliminasi malaria, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Sementara wilayah yang belum berhasil mengeliminasi satu pun kasus malaria adalah Maluku, Papua Barat, dan Papua.


Beda gejala Corona dan malaria

Dikutip dari Mayo Clinic, infeksi malaria umumnya menimbulkan gejala seperti berikut.


Demam

Panas dingin

Sakit kepala

Mual dan muntah

Nyeri otot dan kelelahan

Gejala malaria kerap disertai:


Berkeringat

Sakit dada atau perut

Batuk

Memiliki kemiripan, gejala COVID-19 menurut Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC) adalah seperti berikut.


Demam atau kedinginan

Batuk

Kelelahan (Kelelahan)

HIlangnya kemampuan mencium dan merasakan sesuatu

Gejala berat

Sesak napas atau kesulitan bernapas


Gejala tak biasa

Nyeri otot atau tubuh

Sakit kepala

Kehilangan rasa atau bau baru

Sakit tenggorokan

Hidung tersumbat atau meler

Mual atau muntah

Diare

Panas dingin

Pilek

https://tendabiru21.net/movies/brownies/


Hihh.. Banyak Air Galon Isi Ulang Mengandung Bakteri E Coli, Ini Ciri-cirinya


Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 lalu menunjukkan sumber air terkontaminasi bakteri di 10 dari 24 provinsi Indonesia cukup tinggi. Bahkan, kualitas air kini kian memburuk di tengah tingginya kebutuhan masyarakat saat pandemi Corona karena banyak beraktivitas di rumah.

Salah satu yang kerap menjadi sumber air masyarakat adalah air galon isi ulang, tetapi tak semua depot air galon terbukti aman dan layak dikonsumsi. Salah satu riset Universitas Padjajaran menemukan bahwa 50 persen air isi ulang di Kabupaten Bandung terkontaminasi E. coli.


Pasalnya, infeksi bakteri seperti E coli yang terdapat di sumber air bisa memicu infeksi di saluran pencernaan hingga menyebabkan gagal ginjal. Menurut dokter spesialis penyakit dalam dan Konsultan Gastroenterologi-hepatologi dr Kaka Renaldi, SpPD, KGEH, infeksi karena bakteri ini juga bisa memicu kondisi fatal di beberapa orang yang rentan.


"Infeksi ini kemudian bisa berkembang dan menyebabkan infeksi selaput otak pada bayi dalam kandungannya, hingga keguguran. Sehingga, pemilihan air dengan seksama disarankan kepada seluruh masyarakat untuk mengadopsi hidup bersih dengan mengonsumsi air minum yang berasal dari sumber yang terlindungi," jelasnya dalam diskusi bersama PWI dengan tema 'Peran Media Dalam Mengedukasi Masyarakat Mengenai Perilaku Hidup Bersih Melalui Pemahaman Air Minum Terstandarisasi', Jakarta (20/4/2021).


Lantas bagaimana cara mengetahui air galon isi ulang cukup aman?

Menurut peneliti Depot Air Minum Isi Ulang, Sri Yusniati I Sari dari Universitas Padjadjaran, untuk mengetahui air minum berkualitas penting memperhatikan jarak depot air minum dengan saluran pembuangan air.


"Jika terlalu dekat yakni kurang dari 10 meter, sumber air bisa tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri dan logam berat. Air dari sumber tersebut juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya, seperti Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, dan E coli," bebernya dalam kesempatan yang sama.


Ia juga menegaskan agar masyarakat perlu mempertanyakan sertifikasi setiap depot air minum isi ulang untuk mengetahui apakah air tersebut aman dan berkualitas. Sertifikat tersebut umumnya menandakan air yang diproses dalam air galon isi ulang sudah sesuai standar Kementerian Kesehatan RI.


Sementara dr Kaka kembali mengingatkan bahaya penyakit diare yang juga bisa muncul akibat mengonsumsi air yang tidak berkualitas. Menurutnya, diare bahkan menjadi penyebab kematian tertinggi.


"Di Indonesia, kasus penyakit diare terbilang sangat tinggi, yakni lebih dari 7 juta total kasus pada tahun 2019. Pada bayi dan balita, penyakit diare bahkan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dengan jumlah kasus lebih dari 1.000 kematian," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/i-belong/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar