Jumat, 16 April 2021

Awas! Paksa Mudik Bisa Timbulkan Lonjakan Kasus COVID-19 Baru

 Pelarangan mudik dari sudut pandang kesehatan saat pandemi COVID 19 dinilai sebagai langkah yang tepat. Pasalnya, memaksakan mudik dalam kondisi seperti saat ini bisa menimbulkan lonjakan kasus positif COVID-19.

Menurut Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Hasbullah Thabrany, penularan virus COVID-19 terjadi antar manusia dalam jarak dekat, tidak melalui perantara seperti flu burung. Sehingga solusi terbaik adalah membuat jarak atau kontak antar manusia sedikit mungkin.


"Mudik berpotensi menciptakan kerumunan, baik saat perjalanan maupun di kampung halaman. Apalagi, jika berkumpul itu sifat manusia kerap lupa menjaga jarak atau menerapkan protokol kesehatan. Ini kalau tidak dikendalikan akan menimbulkan kasus baru," ujarnya dalam keterangan tertulisThabrany, Kamis (15/4/2021).


Dia menuturkan saat ini dengan teknologi, silaturahmi bisa dilakukan dengan telepon atau video call kapan saja. Menurutnya, soal anggapan mudik bisa menggerakkan ekonomi daerah saat pandemi saat ini, banyak hal lain yang bisa dilakukan selain mudik.


"Misalkan, ongkos mudik yang nilainya tidak sedikit bisa dialihkan untuk investasi di darah. Menurutnya, ongkos mudik sekeluarga itu tidak murah, bahkan mungkin bisa untuk membeli sebidang tanah di daerah," tuturnya.


Lagi pula, kata dia, saat ini amat mudah mengirim uang untuk keluarga atau sanak saudara di daerah melalui layanan perbankan. Uangnya tetap bisa dibelanjakan di kampung halaman dan roda perekonomian di daerah tetap berjalan tanpa harus mudik. Atau bisa juga ongkos mudik dialihkan untuk membantu yayasan yatim piatu atau lembaga pendidikan.


"Jadi ongkos mudik bisa digunakan hal yang lebih produktif," katanya.


Sebaliknya, jika muncul lonjakan kasus baru karena memaksakan mudik justru akan menyebabkan pemerintah mau tidak mau akan melakukan pengetatan lagi yang menyebabkan juga orang makin tidak bergerak ekonomi juga tak bergerak. Sehingga jangka panjangnya, kalau tidak dilarang mudik justru dampak pertumbuhan ekonomi akan lebih besar.


"Karena lonjakan kasus baru akan menimbulkan reaksi ketakutan baru. Ekonomi melambat juga," pungkasnya.

https://movieon28.com/movies/bagi-bagi-dong/


Calon Ibu Perlu Tahu, USG 4 Dimensi Ternyata Tak Boleh Sering-sering!


Untuk mengetahui kondisi janin dalam kandungan, ibu hamil perlu melakukan Ultrasonografi (USG). USG dapat dilakukan oleh dokter saat pemeriksaan rutin yang dilakukan tiap bulan.

Melalui USG, calon orang tua sang bayi dapat mengikuti perkembangan janin hingga waktunya kelahiran tiba.


USG dapat membantu petugas kesehatan dan orang tua untuk mengetahui kondisi janin dengan lebih detail secara visual. USG yang dilakukan rutin akan membantu dokter mengonfirmasi kondisi janin.


USG mengalami perkembangan secara teknologi, yang sebelumnya hanya tersedia dalam bentuk 2 dimensi (2D) saja, kini juga tersedia pada bentuk 3 dimensi (3D) dan 4 dimensi (4D).


Pada USG 2D, hasil yang terlihat akan menampilkan gambar kabur berwarna hitam dan putih. Dengan keterbatasan USG 2D, gambar yang dihasilkan tidak dapat menampilkan janin dengan detail. Sedangkan pada USG 3D, hampir seluruh kondisi janin dapat terlihat dengan jelas.


Dikutip dari Parents, Michele Hakakha, M.D., seorang dokter kandungan di Beverly Hills dan penulis buku Expecting 411 mengatakan, ketika USG 3D digunakan bersamaan dengan USG 2D, maka USG 3D dapat membantu dalam mendiagnosis dini berbagai potensi cacat termasuk bibir sumbing atau celah langit-langit, kelainan kraniofasial lainnya, cacat tabung saraf seperti spina bifida, hingga malformasi tulang.

https://movieon28.com/movies/spider-man-homecoming/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar