Minggu, 18 April 2021

IDI soal Vaksin Nusantara: Jangan Cuma Andalkan Nasionalisme

  Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng M Faqih angkat bicara soal polemik vaksin Nusantara. Menurutnya, vaksin berbasis sel dendritik besutan eks Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto ini seharusnya tak hanya mengandalkan nasionalisme saja.

"Karena niatnya nasionalisme, sudahlah protokolnya cincai, nggak papa lah, kan nggak bisa begitu. Prosedur dan protokolnya itu harus juga disesuaikan, jangan hanya dipikir niat nasionalisme ini sendiri," tegas dr Daeng dalam diskusi daring bertema 'Siapa Suka Vaksin Nusantara', Sabtu (17/4/2021).


Terlebih, kata dia, teknologi dendritik bukan barang baru di Indonesia. dr Daeng menyebut platform dendritik pernah diuji coba untuk terapi kanker dan penelitiannya masih terus berjalan.


Perihal uji vaksin Nusantara yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto tanpa seizin BPOM, dr Daeng menilai semua vaksin COVID-19 yang kemudian dipakai di masyarakat harus diawasi pihak BPOM lantaran otoritas obat dan vaksin di Indonesia hanya berasal dari BPOM.


Tanpa lampu hijau mereka, tidak ada pihak manapun yang disebut dr Daeng berwenang memberikan izin penelitian hingga izin edar obat atau vaksin.


"Kita tahu protokol itu yang melakukan penilaian, itu hanya BPOM di Indonesia, jadi kalau bukan BPOM yang melakukan pengawasan dan penilaian siapa? Negara hanya melakukan amanahnya ke BPOM, kalau orang lain atau pihak lain itu tidak ada kewenangan," jelas dr Daeng.


"Apakah mampu pihak lain? Oh banyak yang mampu, Kemenkes pun mampu penilaian terhadap protokol itu mampu, tapi tidak memiliki otoritas wewenang dari negara," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/deepwater-horizon/


6 Negara Laporkan Kasus Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca


Penggunaan vaksin AstraZeneca saat ini masih dibayangi dengan isu pembekuan darah. Meski belum ditemukan adanya kasus pembekuan darah di Indonesia, sejumlah negara di dunia telah banyak melaporkan kasus tersebut.

Di Indonesia, vaksin AstraZeneca masih terus digunakan hingga saat ini. Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, kasus pembekuan darah tergolong jarang terjadi.


Namun, BPOM sudah memberikan warning dalam proses skrining seketat mungkin dan akan terus mengevaluasi kejadian pembekuan darah yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca.


Sementara itu, setidaknya 17 negara di Eropa telah memberhentikan atau menunda penggunaan vaksin AstraZeneca terkait insiden tersebut. Meski demikian, Otoritas Pengawas Obat Eropa (EMA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap merekomendasikan penggunaan vaksin AstraZeneca.


Dikutip detikcom dari berbagai sumber, berikut 6 negara di dunia yang menemukan kasus efek samping vaksin AstraZeneca berupa pembekuan darah.


Kanada

Baru-baru ini, pada Sabtu (17/4/2021), Kanada melaporkan kasus kedua pembekuan darah dengan trombosit rendah pada seseorang yang baru mendapatkan vaksin AstraZeneca. Sebelumnya, kasus pertama terkait insiden tersebut ditemukan pada Selasa (13/4/2021).


Meski demikian, Kanada tetap akan menggunakan vaksin asal Inggris tersebut, tetapi hanya untuk orang-orang di atas usia 55 tahun.


Denmark

Denmark menjadi negara pertama yang menyetop permanen penggunaan vaksin AstraZeneca setelah menemukan 2 kasus efek samping serius berupa pembekuan darah pada Maret 2021 lalu. Keputusan tersebut diambil oleh Pemerintah Denmark setelah pihaknya melakukan investigasi lebih lanjut terkait risiko efek samping pembekuan darah.

https://tendabiru21.net/movies/spectral/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar