Menjelang Hari Malaria Sedunia di Minggu (25/4/2021), Kementerian Kesehatan membeberkan data kasus malaria yang masih sulit tereliminasi di tahun ini. Pasalnya, beberapa wilayah bahkan tak berhasil mengeliminasi satupun kasus malaria, seperti Papua, Maluku, dan Papua Barat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto menjelaskan penemuan kasus malaria masih menjadi tantangan terlebih di tengah pandemi COVID-19.
"Yang pasti adalah sama-sama punya gejala demam, sehingga kita jangan sampai terkecoh dengan ini, perlu ada pendekatan atau perlu pemeriksaan diagnostik yang lebih tepat," tutur Didik dalam konferensi pers Jumat (23/4/2021).
Menurut Mayo Clinic, gejala malaria umumnya disertai dengan beberapa keluhan seperti berkeringat hingga nyeri dada dan perut.
Berikut perbedaan gejala Corona vs gejala malaria.
Gejala malaria
Demam
Panas dingin
Sakit kepala
Mual dan muntah
Nyeri otot dan kelelahan
Gejala malaria yang muncul disertai:
Berkeringat
Sakit dada atau perut
Batuk
Tampak mirip, sebenarnya ada perbedaan gejala malaria dan gejala COVID-19. Gejala COVID-19 lebih beragam, dan hanya memiliki beberapa gejala khas.
Dikutip dari situs resmi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC), gejala COVID-19 sejauh ini meliputi.
Demam atau kedinginan
Batuk
Kelelahan (Kelelahan)
HIlangnya kemampuan mencium dan merasakan sesuatu
Gejala berat
Sesak napas atau kesulitan bernapas
Gejala tak biasa
Nyeri otot atau tubuh
Sakit kepala
Kehilangan rasa atau bau baru
Sakit tenggorokan
Hidung tersumbat atau meler
Mual atau muntah
Diare
Panas dingin
Pilek
https://tendabiru21.net/movies/the-heroic-trio/
Iran Sudah Masuk Gelombang ke-4 COVID-19, Apa yang Terjadi?
Kasus virus Corona COVID-19 di Iran saat ini masuk ke dalam gelombang keempat Corona.
Kementerian kesehatan Iran melaporkan 24.092 kasus virus Corona harian baru pada hari Kamis (22/4/2021), sehingga jumlah total kasus menjadi 2.335.905 sejak awal pandemi Corona.
Selain itu, Iran juga melaporkan 453 kematian akibat virus Corona pada Kamis kemarin, sehingga membuat jumlah kematian akibat COVID-19 di Iran mencapai 68.366 orang.
Setidaknya ada 5.038 pasien Corona yang dirawat di unit perawatan intensif.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyatakan negaranya saat ini berada dalam gelombang keempat infeksi virus Corona.
Iran menjadi negara di kawasan Timur Tengah yang paling parah terdampak pandemi virus corona.
Kementerian Kesehatan Iran mengatakan saat ini ada 301 kota besar dan kecil telah masuk ke dalam zona merah di Iran. Daerah-daerah yang masuk ke dalam zona merah ini berada dalam semi-lockdown dan bisnis yang tidak penting ditutup untuk sementara.
Ratusan WN India 'Kabur' ke RI, Menkes: 12 di Antaranya Positif Corona
Manteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkap ada 12 WN India yang positif Corona dari total 127 yang masuk Indonesia. Dua belas kasus tersebut sudah diambil sampel untuk whole genome sequencing untuk diketahui varian Corona-nya.
"Dari 127 WNA yang sudah dilakukan tes semua, sampai saat ini ada 12 penumpang yang sudah positif, dan dari 12 penumpang itu kita lakukan genome sequencing cuma hasilnya belum keluar untuk genome sequencingnya," demikian konfirmasi Menkes Budi dalam konpers di YouTube Perekonomian RI Jumat (23/4/2021).
Eks Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama juga mengingatkan pemerintah soal risiko masuknya varian baru Covid India melalui WN India. Ia mewanti-wanti agar pemerintah bisa mengawasi berjalannya karantina seketat mungkin.
Begitu juga dengan whole genomic sequencing, untuk mengindentifikasi kemungkinan varian Corona baru dari India perlu pemeriksaan WGS sesegera mungkin.
"Misalnya sekarang sakit COVID-19 padahal baru datang dari negara-negara yang melaporkan peningkatan kasus yang mungkin berhubungan dengan mutasi baru," ujar Prof Tjandra kepada detikcom dalam wawancara terpisah.
Diberitakan sebelumnya, Kasubdit Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Benget Saragihmenyebut WN India yang masuk ke RI memiliki kartu izin tinggal terbatas.
"Mereka banyak masuk mempunyai KITAS (kartu izin tinggal terbatas) dan pakai visa. Ini mungkin yang menjadi tugas juga dari Imigrasi," kata Benget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar