- Ramadhan adalah saatnya umat Islam melakukan ibadah puasa selama 1 bulan penuh. Saat berpuasa, seseorang tidak akan makan dan minum selama kurang lebih 12 jam, dari fajar hingga tenggelamnya matahari. Hal ini yang membuat banyak orang beranggapan bahwa bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menurunkan berat badan.
Akan tetapi, nyatanya tak sesederhana itu. Banyak orang justru mengalami peningkatan berat badan saat berpuasa. Padahal, ibadah puasa sejatinya menyehatkan karena bisa menurunkan kadar kolesterol dan mengendalikan tekanan darah.
Lalu, apa yang menyebabkan kenaikan berat badan pada saat puasa? Selain itu, pola makan seperti apa yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan gizi selama berpuasa?
Untuk itu, kali ini e-Life akan mengangkat tema "Puasa Bikin Kurus Atau Gemuk?" bersama Ahli Gizi, Mochammad Rizal, S.Gz. Jangan lewatkan tayangan live streaming interaktifnya hanya di detikcom, Jumat (23/4/2021), pukul 16.30 WIB.
Bagi kamu yang mau tanya-tanya bisa bergabung lewat Zoom yang id-nya akan dibagikan pada saat acara berlangsung. Jangan ketinggalan ya!
https://tendabiru21.net/movies/holy-weapon/
Tampak Mirip, Ini Bedanya Gejala Corona Vs Malaria
Menjelang Hari Malaria Sedunia di Minggu (25/4/2021), Kementerian Kesehatan membeberkan data kasus malaria yang masih sulit tereliminasi di tahun ini. Pasalnya, beberapa wilayah bahkan tak berhasil mengeliminasi satupun kasus malaria, seperti Papua, Maluku, dan Papua Barat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto menjelaskan penemuan kasus malaria masih menjadi tantangan terlebih di tengah pandemi COVID-19.
"Yang pasti adalah sama-sama punya gejala demam, sehingga kita jangan sampai terkecoh dengan ini, perlu ada pendekatan atau perlu pemeriksaan diagnostik yang lebih tepat," tutur Didik dalam konferensi pers Jumat (23/4/2021).
Menurut Mayo Clinic, gejala malaria umumnya disertai dengan beberapa keluhan seperti berkeringat hingga nyeri dada dan perut.
Berikut perbedaan gejala Corona vs gejala malaria.
Gejala malaria
Demam
Panas dingin
Sakit kepala
Mual dan muntah
Nyeri otot dan kelelahan
Gejala malaria yang muncul disertai:
Berkeringat
Sakit dada atau perut
Batuk
Tampak mirip, sebenarnya ada perbedaan gejala malaria dan gejala COVID-19. Gejala COVID-19 lebih beragam, dan hanya memiliki beberapa gejala khas.
Dikutip dari situs resmi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC), gejala COVID-19 sejauh ini meliputi.
Demam atau kedinginan
Batuk
Kelelahan (Kelelahan)
HIlangnya kemampuan mencium dan merasakan sesuatu
Gejala berat
Sesak napas atau kesulitan bernapas
Gejala tak biasa
Nyeri otot atau tubuh
Sakit kepala
Kehilangan rasa atau bau baru
Sakit tenggorokan
Hidung tersumbat atau meler
Mual atau muntah
Diare
Panas dingin
Pilek
Iran Sudah Masuk Gelombang ke-4 COVID-19, Apa yang Terjadi?
Kasus virus Corona COVID-19 di Iran saat ini masuk ke dalam gelombang keempat Corona.
Kementerian kesehatan Iran melaporkan 24.092 kasus virus Corona harian baru pada hari Kamis (22/4/2021), sehingga jumlah total kasus menjadi 2.335.905 sejak awal pandemi Corona.
Selain itu, Iran juga melaporkan 453 kematian akibat virus Corona pada Kamis kemarin, sehingga membuat jumlah kematian akibat COVID-19 di Iran mencapai 68.366 orang.
Setidaknya ada 5.038 pasien Corona yang dirawat di unit perawatan intensif.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyatakan negaranya saat ini berada dalam gelombang keempat infeksi virus Corona.
Iran menjadi negara di kawasan Timur Tengah yang paling parah terdampak pandemi virus corona.
Kementerian Kesehatan Iran mengatakan saat ini ada 301 kota besar dan kecil telah masuk ke dalam zona merah di Iran. Daerah-daerah yang masuk ke dalam zona merah ini berada dalam semi-lockdown dan bisnis yang tidak penting ditutup untuk sementara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar