Jumat, 23 April 2021

Waduh! Kasus COVID-19 Sudah Terdeteksi di Gunung Everest

 Kasus infeksi virus Corona kini terdeteksi di Gunung Everest untuk pertama kalinya. Hal ini dialami oleh salah satu anggota ekspedisi yang dinyatakan positif COVID-19.

Dikutip dari Daily Mail, kasus ini berawal saat anggota ekspedisi itu sakit. Orang-orang mengira dia menderita edema paru ketinggian.


Namun, saat sampai di rumah sakit Kathmandu, Nepal, orang tersebut dinyatakan positif COVID-19. Kasus ini diketahui terjadi pada pekan lalu.


Selain anggota ekspedisi tersebut, tidak ada kasus lain yang terdeteksi. Tetapi, anggota kelompok pendaki lainnya diwajibkan untuk menjalani karantina terlebih dulu di Base Camp.


Kasus ini terjadi saat pendakian di Gunung Everest ini diizinkan kembali sejak pandemi COVID-19 melanda. Para pendaki diperbolehkan mendaki lagi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.


Dengan dimulainya musim pendakian di sana, lebih dari 300 pendaki diperkirakan akan mencoba mendaki gunung setinggi 8.848 meter pada musim ini. Jumlah ini lebih sedikit jika dibandingkan pada tahun 2019 yang mencapai 381 pendaki.

https://tendabiru21.net/movies/my-annoying-brother/


Pernah Kena Malaria, Bisakah Disuntik Vaksin Corona?


Di tengah pandemi Corona, penyakit malaria juga belum teratasi. Pasalnya, beberapa wilayah belum berhasil mengeliminasi penyakit malaria, terutama di bagian Indonesia wilayah timur.

Namun, seiring berjalannya vaksinasi COVID-19, bisakah pengidap malaria menerima vaksin Corona?


Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Didik Budijanto, pengidap malaria yang sudah dalam kondisi bebas parasit tentu boleh menerima vaksin COVID-19.


"Sejauh yang saya pahami tentu saja penderita malaria yang sudah sembuh dan tidak ada parasit lagi di dalam darah dan memenuhi kriteria untuk divaksin COVID-19 maka ya bisa dvaksin," tuturnya dalam Press Briefing Hari Malaria Sedunia 2021, Jumat (23/4/2021).


Malaria menjadi salah satu penyakit endemik di Indonesia. Di tengah pandemi Corona, tren kasus malaria dilaporkan menurun namun di rentang 2014 hingga 2020 ada kecenderungan stagnan.


Didik mengungkap ada 23 kabupaten/kota yang masih masuk kategori wilayah endemis tinggi. Hal ini menjadi tantangan pemerintah untuk mencapai eliminasi malaria di 2030 mendatang.


Meski begitu, ada beberapa wilayah yang sudah berhasil eliminasi malaria, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Sementara wilayah yang belum berhasil mengeliminasi satu pun kasus malaria adalah Maluku, Papua Barat, dan Papua.


Beda gejala Corona dan malaria

Dikutip dari Mayo Clinic, infeksi malaria umumnya menimbulkan gejala seperti berikut.


Demam

Panas dingin

Sakit kepala

Mual dan muntah

Nyeri otot dan kelelahan

Gejala malaria kerap disertai:


Berkeringat

Sakit dada atau perut

Batuk

Memiliki kemiripan, gejala COVID-19 menurut Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC) adalah seperti berikut.


Demam atau kedinginan

Batuk

Kelelahan (Kelelahan)

HIlangnya kemampuan mencium dan merasakan sesuatu

Gejala berat

Sesak napas atau kesulitan bernapas


Gejala tak biasa

Nyeri otot atau tubuh

Sakit kepala

Kehilangan rasa atau bau baru

Sakit tenggorokan

Hidung tersumbat atau meler

Mual atau muntah

Diare

Panas dingin

Pilek

https://tendabiru21.net/movies/you-belong-to-me-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar