Sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia, tengah menggencarkan vaksinasi COVID-19. Namun, sepertinya virus Corona masih akan terus mewabah dalam waktu yang cukup lama.
Pakar penyakit menular di Australian National University (ANU), Dr Sanjaya Senanayake, mengatakan dengan hanya 70 negara yang melaksanakan vaksinasi COVID-19, maka herd immunity atau kekebalan kelompok di seluruh dunia akan sulit terbentuk.
Lebih lanjut, kata Senanayake, mungkin butuh waktu lebih dari 6 tahun untuk dunia bisa mengatasi COVID-19.
"Pada tingkat vaksinasi saat ini, diperkirakan kita tidak akan mencapai cakupan global 75 persen dengan vaksin selama sekitar 6 tahun," kata Senanayake, dikutip dari Daily Star.
"Bukan 1 atau 2 tahun, tapi 6 tahun." lanjutnya.
Senanayake pun memperingatkan bahwa situasi pandemi ini tidak akan terselesaikan sampai virus Corona benar-benar dihilangkan atau setidaknya dikendalikan di setiap bagian dunia. Terlebih virus ini terus mengalami mutasi yang bisa saja membahayakan umat manusia.
Menyinggung pemerintah Australia yang tengah menyelesaikan produksi vaksin Corona AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis di Melbourne, Senanayake mengatakan bahwa negaranya tidak akan mendapat manfaat penuh dari pelaksanaan vaksinasi jika masih banyak negara lain yang belum melaksanakannya, karena kekurangan pasokan vaksin.
"Jika kita melanjutkan vaksinasi ini, sementara di bagian lain dunia infeksi (COVID-19) masih terus tidak terkendali, maka kita akan melihat mutasi (virus Corona) yang jauh lebih jahat akan muncul, yang mungkin berdampak pada kemanjuran vaksin," jelasnya.
"Oleh karena itu, jika Anda percaya pada nasionalisme vaksin... Anda juga harus merangkul altruisme (kesejahteraan orang lain) dan memastikan vaksin diberikan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu ke negara berkembang," tuturnya.
https://kamumovie28.com/movies/the-midnight-man-2/
4 Tips Berhubungan Seks Saat Belum Mau Buru-buru Punya Momongan
Banyak pasangan yang sering kali tidak menggunakan pengaman serta alat kontrasepsi saat berhubungan seks, namun berharap tidak terjadi kehamilan. Lalu, apakah upaya tersebut efektif untuk memproteksi kehamilan?
Dikutip dari laman Healthline, sperma dapat hidup di dalam rahim hingga lima hari setelah berhubungan seks. Sementara itu, kehamilan hanya dapat terjadi saat terdapat sperma di dalam rahim atau saluran tuba saat wanita berovulasi.
Ovulasi biasanya terjadi pada hari ke-14 dari siklus haid. Melakukan hubungan intim tanpa pengaman setelah menstruasi atau di luar perkiraan masa subur bukan merupakan jaminan bahwa wanita tidak akan hamil.
Bagi wanita yang memiliki siklus haid lebih pendek, rata-rata 28 sampai 30 hari, peluang untuk hamil bisa terjadi apabila berhubungan seks selama haid. Sebagai contoh, jika wanita berhubungan seks menjelang akhir menstruasi, maka ada peluang untuk hamil.
Oleh sebab itu, menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom atau pengaman lainnya merupakan cara paling aman untuk mencegah kehamilan.
Perlu diketahui, ovulasi terjadi saat sel telur yang matang dilepaskan dari ovarium. Sekitar sebulan sekali, telur akan matang dan kemudian dilepaskan ke tuba falopi dan menuju ke sperma yang menunggu di saluran tuba serta rahim.
Sel telur yang meninggalkan ovarium dapat hidup antara 12 hingga 24 jam, sedangkan sperma dapat hidup hingga lima hari setelah berhubungan intim. Biasanya, implantasi sel telur yang terjadi setelah pembuahan dilakukan 6 hingga 12 hari setelah terjadi ovulasi.
Selain itu, wanita juga memiliki kemungkinan untuk hamil setelah haid. Hal ini dapat terjadi jika pasangan berhubungan seks menjelang akhir siklus haid dan saat mendekati masa subur. Di sisi lain, kemungkinan untuk hamil tepat sebelum menstruasi adalah rendah.
"Faktanya, hanya ada periode 48 jam yang ideal untuk hamil," kata Anate Brauer, M.D, seorang ahli endokrin reproduksi di Greenwich Fertility and IVF Centres serta obgyn di NYU School of Medicine.
KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar