Rabu, 03 Februari 2021

Sejak Pandemi, Penipuan via Instagram Melonjak

 Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak kebiasaan manusia, salah satunya kegiatan yang dibatasi dan harus lebih banyak di rumah hingga penggunaan internet dan smartphone pun meningkat, dari sekolah online hingga belanja online.

Meningkatnya penggunaan internet pun membuat kasus penipuan di platform media sosial seperti Instagram juga meningkat, bahkan di Inggris hingga lebih dari 50% dibandingkan biasanya.


Angka tersebut berasal dari Action Fraud, pusat pelaporan nasional kepolisian Inggris untuk penipuan dan kejahatan dunia maya.


Salah satu korbannya adalah pria bernama Jonathan Reuben (24) yang harus kehilangan uangnya sebanyak 17 ribu poundsterling atau sekitar Rp 326 juta.


Dilansir detiKINET dari Ubergizmo, Selasa (2/2/2021), menurut laporan dari BBC, Reuben (24) menjadi korban investasi bodong dari akun yang diikutinya di Instagram.


Reuben bercerita saat itu, ia diyakinkan untuk mendaftar program investasi setelah mengikuti akun seseorang di Instagram yang mengklaim dirinya sudah sukses setelah melakukan investasi. Bahkan untuk lebih meyakinkan, orang tersebut terus-menerus memposting mobil Maserati berwarna rose gold yang sangat mentereng.


Pada awalnya Reuben mengaku memang mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut. Dan inilah yang mendorong dirinya untuk berinvestasi lebih banyak lagi.

Namun apesnya bukan tambah untung, ia kemudian justru kehilangan ratusan juta rupiah. Ia pun sadar sudah dijebak penipu online.


"Orang-orang tersedot dan ingin mempercayai dan menginginkan gaya hidup itu, terutama di hari-hari ini, dengan orang-orang muda yang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Anda pasti melihat lebih banyak orang mencari cara yang berbeda dan lebih baru untuk menghasilkan lebih banyak uang," kata Jack Moore, seorang ahli keamanan siber.

https://tendabiru21.net/movies/ju-on-white-ghost/


Jalan Terjal Gelar 5G di Frekuensi 2,3 GHz


Pemanfaatan frekuensi 2,3 GHz untuk menggelar jaringan 5G di Indonesia tidak akan berjalan optimal, kecuali jika dilakukan secara terbatas.

Dengan lebar pita 90 Mhz, frekuensi 2,3 GHz memang masuk dalam kriteria untuk menghadirkan layanan 5G. GSMA menyebutkan bahwa untuk bisa 'menciptakan' sinyal 5G minimal 80 Mhz dan idealnya 100 MHz secara contiguous.


"Sebetulnya mau 5G itu sebenarnya bisa bekerja asalkan syaratnya minimal tersedia bandwidth 80 MHz sampai 100 MHz yang ideal," ujar Pengamat Telekomunikasi Nonot Harsono, Selasa (2/2/2021).


Sementara itu, operator seluler yang menghuni frekuensi 2,3 GHz ini antara lain, Smartfren dan Telkomsel yang sama-sama menguasai 30 MHz, PT Berca Hardayaperkasa memiliki lisensi di 8 zona, dan 30 MHz lagi yang nantinya dilelang lagi oleh pemerintah.


Sebelumnya, 'lahan kosong' 30 MHz tersebut sempat dilelang oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) hingga sudah muncul para pemenang lelang. Namun, Kominfo membatalkan yang tadinya dipakai untuk mendukung transformasi digital hingga soal layanan 5G di Indonesia.


Nonot mengatakan modal jumlah spektrum yang dimiliki operator seluler di frekuensi 2,3 GHz, apabila menang lelang pun, itu masih belum cukup untuk memberikan layanan 5G yang sesungguhnya.

https://tendabiru21.net/movies/ju-on-black-ghost/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar