Senin, 04 Januari 2021

Vaksin Sinovac Mulai Disebar ke 34 Provinsi, Disuntikkan Pertengahan Januari

 Harapan agar vaksin COVID-19 segera disuntikkan mulai mendekati kenyataan. Bio Farma menyebut, 3 juta dosis vaksin buatan Sinovac sudah mulai didistribusikan pada Minggu (3/1/2021).

"Betul. Mulai hari ini vaksin akan kami distribusikan ke 34 provinsi," kata Bambang Herianto, S.Si, Apt, juru bicara vaksin COVID-19 PT Bio Farma, dalam konferensi pers Minggu (3/1/2021).


Berbagai fasilitas dan saran termasuk rantai dingin atau cold chain, menurut Bambang sudah siap untuk mendukung distribusi vaksin. Ia optimistis tidak ada hambatan dalam proses tersebut.


"Vaksin ini sebetulnya kan bukan program pertama kali dilakukan di negara kita. banyak sekali program-program vaksinasi yang sudah berjalan selama ini dan berjalan dengan baik dilakukan oleh kementerian kesehatan," tegasnya.


Hal senada juga disampaikan juru bicara vaksin COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tramidzi, M.Epid. Hasil uji klinis di Brasil maupun di Turki, dinilainya tidak menunjukkan adanya hambatan untuk program vaksinasi bisa berjalan sesuai rencana.


"Rasanya cukup optimis untuk bisa sesuai dengan jadwal atau peta jalan yang sudah kita susun bahwa vaksinasi ini bisa kita mulai pada minggu kedua atau ketiga Januari 2021," jelas dr Nadia.


Diperkirakan, program vaksinasi di Indonesia akan membutuhkan waktu 15 bulan dengan target populasi sebesar 181,5 juta orang. Pelaksanaannya dibagi menjadi 2 periode sebagai berikut.


Periode 1

Berlangsung Januari hingga April 2021

Menyasar 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas layanan publik

Periode 2

Berlangsung April 2021 hingga Maret 2022

Menyasar populasi yang tersisa dari periode pertama.

Dalam kesempatan tersebut, Bio Farma juga membantah hoax soal kandungan sel vero atau 'jaringan kera hijau Afrika' dalam vaksin COVID-19. Selengkapnya ada di halaman berikut.


Bantah hoax mengandung jaringan kera

Terkait broadcast viral yang menyebut vaksin Sinovac mengandung jaringan 'kera hijau Afrika' atau Vero Cell, Bambang menegaskan informasi tersebut tidak benar. Vero cell, disebutnya hanya dipakai sebagai media kultur dan tidak ada dalam kandungan vaksin.


"Sel vero ini tidak akan ikut sampai proses akhir pembuatan. Vaksin COVID-19 Sinovac saat ini sedang dalam proses aspek kehalalannya oleh LP POM MUI untuk mendapatkan sertifikasi halal," pungkasnya.


Sedangkan terkait label "Only for clinical trial" pada kemasan vaksin, Bambang menjelaskan bahwa vaksin yang akan disuntikkan dalam program vaksinasi berbeda dengan yang dipakai pada uji klinis. Broadcast yang beredar menyebut tulisan ini berarti penerima vaksin adalah kelinci percobaan.


Bambang menjelaskan, ada perbedaan kemasan antara vaksin untuk uji klinis dan vaksin untuk program vaksinasi. Untuk uji klinis, kemasan vaksin dan jarum suntik terpisah, sedangkan untuk program vaksinasi menggunakan single dose dan tidak ada penandaan "only for clinical trial".

https://nonton08.com/movies/metamorphosis/


Serius! Dilarang Makan Jengkol Sebelum Pakai Alat Tes Corona GeNose


Alat deteksi COVID-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose, bekerja dengan mendeteksi senyawa tertentu dari hembusan napas. Karenanya, makan jengkol sebelum tes bisa mengacaukan hasil pemeriksaan.

Ini disampaikan oleh Kuwat Triyana, profesor fisika yang juga ketua tim pengembang GeNose, dalam diskusi online baru-baru ini. Menurutnya, akan ada kemungkinan bau jengkol membuat pemeriksaan tidak akurat.


"Satu jam atau terpaksanya itu 30 menit sebelum dites itu jangan makan makanan yang aromanya itu keras. Seperti misalnya jengkol, pete, durian, kopi, ngerokok," pesan Prof Kuwat.


"Orang-orang yang melanggar aturan itu, nggak jujur, biasanya ketemunya positif. Bukan negatif, positif. Ini menarik menurut saya, biar orang nggak main-main," tegasnya.


GeNose merupakan alat deteksi COVID-19 yang belakangan ini banyak dibicarakan. Tidak seperti tes pada umumnya yang mendeteksi antibodi dalam darah atau material virus dalam sampel lendir pernapasan, alat ini mendeteksi volatile organic compound (VOC) dalam napas pasien dengan sensor tertentu.


"Dengan sensor tersebut dengan pendekatan Artificial Intelligence (AI) akan dideteksi partikel atau VOC (Volatile Organic Compound) yang dikeluarkan spesifik oleh pengidap covid-19," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, Senin (28/12/2020).


Ditegaskan, alat yang cukup praktis dan nyaman digunakan ini berfungsi untuk screening. Meski telah mendapat izin edar dari kemenkes, GeNose juga masih akan menjalani uji validasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

https://nonton08.com/movies/in-my-dreams/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar