Kontaminasi virus Corona ditemukan pada 3 sampel es krim di Tianjin, China. Otoritas setempat menelusur orang-orang yang kemungkinan berkontak dengan produk dari batch terkait.
Investigasi epidemiologis awal mengindikasikan pabrik yang memproduksi es krim tersebut menggunakan bahan baku, termasuk bubuk susu yang diimport dari New Zealand dan whey powder yang diimport dari Ukraina.
Seorang ahli virus dari University of Leeds, Dr Stephen Griffin, mengatakan temuan ini kecil kemungkinannya menjadi penyebab kepanikan. Menurutnya, ini bukan sesuatu yang umum terjadi.
"Tentu saja, kontaminasi pada level apapun tidak bisa diterima dan selalu menjadi perhatian, tapi kemungkinannya adalah ini akibat dari masalah pabrik dan potensial mengarah pada higiene di perusahaan," katanya, dikutip dari Skynews.
Ia menjelaskan, temperatur dingin tempat es krim disimpan dan kandungan lemak di dalam es krim bisa menjelaskan kenapa virus bertahan hidup pada sampel yang diperiksa. Namun ditegaskan, ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan.
"Kita mungkin tidak perlu panik seolah seluruh es krim tiba-tiba akan terkontaminasi virus Corona," jelasnya.
Sebanyak 1.662 karyawan perusahaan telah dikarantina dan menjalani tes asam nuklat sesuai anjuran the Tianjin Center for Disease Control. Perusahaan tersebut memproduksi 4.836 boks es krim yang terkontaminasi, 2.089 di antaranya disegel di penyimpanan.
https://indomovie28.net/movies/to-steal-from-a-thief/
BPOM: Tak Semua Vaksin Corona Harus Uji Klinis Lagi di Indonesia
Selain vaksin buatan Sinovac, ada beberapa vaksin Corona jenis lain yang rencananya akan digunakan di Indonesia termasuk buatan Pfizer. Apakah perlukah uji klinis kembali di Indonesia dan berapa lama bisa dapat izin dari BPOM?
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, tak semua vaksin Corona perlu melakukan uji klinis di Indonesia. Menurutnya, vaksin yang sudah melalui uji klinis di negara lain bisa langsung melakukan registrasi ke BPOM dan akan dilakukan rolling submission atau pemantauan terkait data imunogenisitas hingga efikasi yang didapat.
"Tidak semua vaksin harus melakukan uji klinik lagi di Indonesia. Untuk mereka yang sudah melalui uji klinik fase 3-nya sudah selesai bisa langsung melakukan registrasi dengan BPOM," kata Penny dalam webinar bersama Ikatan Alumni ITB, Sabtu (16/1/2021)
"Dan bisa melakukan rolling submission, untuk segera kita evaluasi, janji pemantauan kita adalah 20 hari kerja, untuk aspek keamanan dan khasiat," lanjutnya.
Begitu pula dengan cara pembuatan obat atau vaksin Corona, BPOM menyebut data bisa didapat dengan inspeksi ke tempat produksi atau hanya dengan mensubmit saja. Bahkan, bagi beberapa vaksin Corona seperti Pfizer, Penny menyebut izin bisa keluar lebih cepat.
"Untuk mutunya cara pembuatan obat baiknya perlu kita da keyakinan perlu ada inspeksi, atau bisa juga tidak ada inspeksi jadi disubmit data saja," kata Penny.
"Seperti Pfizer, AstraZeneca bisa lebih cepat lagi ada program reliance mengacu pada hasil assesment yang diberikan oleh negara-negara seperti US FDA, Eropa, UK, jepang, dan Kanada," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar