Selain vaksin buatan Sinovac, ada beberapa vaksin Corona jenis lain yang rencananya akan digunakan di Indonesia termasuk buatan Pfizer. Apakah perlukah uji klinis kembali di Indonesia dan berapa lama bisa dapat izin dari BPOM?
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, tak semua vaksin Corona perlu melakukan uji klinis di Indonesia. Menurutnya, vaksin yang sudah melalui uji klinis di negara lain bisa langsung melakukan registrasi ke BPOM dan akan dilakukan rolling submission atau pemantauan terkait data imunogenisitas hingga efikasi yang didapat.
"Tidak semua vaksin harus melakukan uji klinik lagi di Indonesia. Untuk mereka yang sudah melalui uji klinik fase 3-nya sudah selesai bisa langsung melakukan registrasi dengan BPOM," kata Penny dalam webinar bersama Ikatan Alumni ITB, Sabtu (16/1/2021)
"Dan bisa melakukan rolling submission, untuk segera kita evaluasi, janji pemantauan kita adalah 20 hari kerja, untuk aspek keamanan dan khasiat," lanjutnya.
Begitu pula dengan cara pembuatan obat atau vaksin Corona, BPOM menyebut data bisa didapat dengan inspeksi ke tempat produksi atau hanya dengan mensubmit saja. Bahkan, bagi beberapa vaksin Corona seperti Pfizer, Penny menyebut izin bisa keluar lebih cepat.
"Untuk mutunya cara pembuatan obat baiknya perlu kita da keyakinan perlu ada inspeksi, atau bisa juga tidak ada inspeksi jadi disubmit data saja," kata Penny.
"Seperti Pfizer, AstraZeneca bisa lebih cepat lagi ada program reliance mengacu pada hasil assesment yang diberikan oleh negara-negara seperti US FDA, Eropa, UK, jepang, dan Kanada," pungkasnya.
https://indomovie28.net/movies/the-wrath-of-vajra/
Tensi Naik? Terbukti, Stretching Bisa Menurunkan Tekanan Darah
Olahraga banyak direkomendasikan untuk mengontrol tekanan darah. Tidak perlu berat-berat, stretching 30 menit sudah memberikan efek positif pada pengidap hipertensi.
Para ilmuwan di University of Saskatchewan membuktikan hal itu dalam penelitian yang melibatkan 40 pengidap hipertensi. Para ilmuwan membagi partisipan menjadi dua kelompok, satu kelompok melakukan stretching dan sisanya jalan kaki.
Peregangan atau stretching selama 30 menit dalam penelitian itu terbukti lebih efektif menurunkan tekanan darah dibanding jalan kaki dalam durasi yang sama.
Dalam penelitian itu, para partisipan yang rata-rata berusia 61 tahun melakukan olahraga selama 30 menit, 5 hari dalam sepekan, dan selama periode 8 pekan. Selama pengamatan, partisipan menggunakan alat untuk memonitor tekanan darah selama 24 jam.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Physical Activity and Health menunjukkan bahwa stretching memberikan efek lebih baik pada tekanan darah tinggi, salah satu faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
"Saat Anda melakukan peregangan, Anda juga meregangkan pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi otot, termasuk semua arteri," jelas Prof Phill Chilibeck yang memimpin penelitian itu, dikutip dari Eurekalert.
Jalan kaki, walaupun tidak lebih efektif menurunkan tekanan darah dibanding stretching, teramati lebih efektif membakar lemak tubuh. Kelebihan lemak juga termasuk faktor risiko masalah kardiovaskular.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar